Salin Artikel

Ini Asal-usul Orang Banyumas dan Bahasa "Ngapak"

Bahasa yang digunakan disebut dengan bahasa Jawa Banyumasan atau dikenal juga dengan istilah bahasa "Ngapak". Dialek ini digunakan dalam keseharian oleh orang di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarngara.

Menurut budayawan asli Banyumas, Ahmad Tohari, orang Banyumas awalnya berasal dari Kalimantan Timur (Kaltim).

"Menurut antroplog Van Der Meulen, ternyata orang Banyumas berasal dari Kaltim. Mungkin banyak yang belum tahu, datang ke sini 1.000 tahun yang lalu," kata Tohari saat menyampaikan orasi kebudayaan dalam penutupan Dies Natalies ke-21 Institut Teknologi Telkom Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jateng, Minggu (28/5/2023) malam.

Kemudian kelompok masyarakat ini berkembang menjadi sub bangsa Jawa yang mempunyai ciri-ciri khusus dalam berbahasa. Bahasa ini disebut dengan istilah bahasa "Ngapak" karena huruf K di akhir kata dilafalkan dengan tajam.

Selain itu, bahasa Banyumasan juga punya ciri-ciri didominasi dengan vokal A. Ini berbeda dengan bahasa Jawa lainnya yang didominasi vokal O.

"Menurut peneliti, bahasa Banyumasan adalah kelanjutan dari bahasa Kawi atau bahasa Jawa kuno dan tidak punya kasta," ujar Tohari.

Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, bahasa Jawa mengalami perubahan dari vokal A menjadi O. Misalnya kata "apa" menjadi "opo".

Perubahan itu, kata penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk ini, dimulai saat Mataram berdiri pada abad ke-17.

Lantas kenapa orang di wilayah Banyumas dan sekitarnya saat itu tetap mempertahankan bahasa "Ngapak"? Pertama karena karena masih menyisakan tradisi Buddha yang tanpa kasta.

"Juga letak Banyumas cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa, dalam hal ini Kasusanan Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Kalau sekarang dekat sekali, tapi pada masa lalu sangat jauh," kata Tohari.

Dengan kondisi itu, maka apa yang terjadi di pusat kerajaan tidak begitu dirasakan masyarakat Banyumas.

"Ketika sultan membangun bahasa yang relatif baru, namanya dalam ilmu bahasa yaitu bahasa Jawa anyar, orang Banyumas bertahan dengan warna yang lain," ujar Tohari.

Selain itu, Banyumas relatif dekat dengan wilayah Pasundan yang didominasi vokal A. Wilayah Banyumas juga pernah dikuasai kerjaan dari Jawa Barat.

Untuk itu, Tohari meminta para generasi muda untuk mempertahankan dan melestarikan bahasa Banyumasan.

"Bahasa adalah puncak kebudayaan, sehingga perlu sekali penguatan bahasa lokal ini supaya bertahap sampai kapan pun. Dan jangan lupa, bahasa lokal merupakan sumber bahasa nasional," kata Tohari.

Menurut Tohari, kunci untuk mempertahankan dialek Banyumas adalah di lingkungan keluarga dan sekolah.

"Saya selalu mengajak kepada keluarga mmuda agar menggunakan bahasa daerah di dalam rumah, itu untuk menjaga agar anak-anak tetap bisa behasa ibu. Soal bahasa Indonesia nanti di sekolah otomatis akan belajar," ucap Tohari.

Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Telkom Purwokerto Dr Afrianto Fahmi mengatakan, berharap generasi muda tidak meninggalkan budaya-budaya lokal.

"Harapannya kita semua tidak meluapakan budaya-budaya lokal. Kami ingi mengajak mahasiswa yang notabene sekarang banyak terpengaruh kultur barat. Kami juga mendorong agar menjadi budaya yang lebih dikenal secara luas," kata Afrianto.

https://regional.kompas.com/read/2023/05/29/102641378/ini-asal-usul-orang-banyumas-dan-bahasa-ngapak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke