Salin Artikel

6 Kasus Mayat Dicor yang Pernah Hebohkan Tanah Air, Ada Balita dan PNS

Korban adalah Irwan Hutagalung, warga Perum Bukit Agung Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

Mayat Irwan dicor di tempat usahanya sendiri yakni isi ulang air galon dan gas AHS Arga Tirta.

Sementara kepala dan tangan korban ditemukan terpisah di dalam karung yag ada di belakang punggung korban. Saat ini polisi masih melakukan otopsi dan penyelidikan.

Selain kasus di Kota Semarang, berikut 6 kasus mayat dicor yang pernah hebohkan Tanah Air:

1. Tahun 2013, balita di Surabaya dibunuh lalu disemen

Pada tahun 2013, publik pernah dihebohkan dengan pembunuhan FHR (3,5), balita asal Suarabaya, Jawa Timur.

Pelaku pembunuhan adalah tetangga korban yakni Solihin (31). Tak hanya dibunuh, korban juga dilumuri semen untuk menghilngkan jejak.

Kasus berawal saat Misnawi dan istri kehilangan anak bungsunya pada Sabtu, 16 Februari 2013. Dua hari kemudian, FHR ditemukan dalam kondisi disemen di rumah tetangganya sendiri, Solihin.

Solihun pun ditangkap saat naik becak hendak melarikan diri ke Kabupaten Sampang.

Kepada polisi, Solihun mengaku membunuh korban karena sakit hati pernah ditegur oleh ayah korban.

Saat itu, ia menarik korban ke rumahnya dan membanting balita itu ke tanah. Tak puas, ia juga mengangkat korban dan membeturkan kepalanya berkal-kali ke tembok.

Kasus tersebut semakin panjang. Pada Rabu (4/12/2013), ayah korban, Misnawi membunuh ayah kandung pelaku yakni Taufik, pedagang di pasar Jalan Endrosono.

Misnawi mengaku ia langsung teringat anaknya yang tewas saat melihat Taufik melintas menggunakan motor.

"Saya tidak ingat apa-apa waktu itu, saya hanya teringat anak saya yang dibunuh oleh Solihin, anak H Taufik," katanya, Kamis (5/12/2013) di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Usai membunuh Taufik, Misnawi menyerahkan diri ke polisi diantar keluarga dan tokoh masyarakat di tempat ia tinggal.

Penemuan mayat itu diketahui setelah polisi menangkap pemilik rumah, Didik (28), tersangka pembegalan di Desa Tampingan, Jumat (23/2/2018) pagi.

Saat diinterogasi, pelaku mengaku telah membunuh seorang perempuan dan mayatnya dicor di bak kamar mandi.

Korban bernama Fitri Agraeni (24), warga Desa Margosari, Limbangan, Kendal yang berprofesi sebagai pemandu karaoke.

Ia dibunuh oleh pemilik rumah yakni Didik. Sebelum pembunuhan, korban menagih utang Rp 500.000 kepada pelaku.

Karena tersinggung, pelaku mencekik korban hinga tewas.

Untuk menghilangkan jejak pembunuhan itu, pelaku kemudian mengubur korban dalam bak mandi dan mengecornya hingga tiga kali. Tujuannya agar bau busuk mayat tidak tercium.

Diketahui Surono sudah menghilang selama tujuh bulan.

Dari hasil penyelidikan, pelaku pembunuhan adalah sang istri, Busani (45) dan anaknya, Bahar (27).

Awlanya, Busani dan Bahar sempat bersandiwara bahwa Surono dibunuh oleh orang lain.

Namun polisi erhasil mengungkap motif pelaku tega menghabisi korban yakni karena ekonomi dan dendam yang dilatarbelakangi asmara.

Korban adalah petani yang kaya raya, namun sang istri dan anak hanya mendapatkan bagian sedikit.

Istrinya menduga, uang milik Surono diberikan kepada seorang perempuan yang menjalin hubungan dengan. Busani pun menceritakan apa yang dirasakannya kepada Bahar.

Mendengar cerita dan keluhan ibunya, akhirnya Bahar memutuskan untuk membunuh ayahnya.

Keinginan itu dia lontarkan di hadapan ibunya. Sang ibu yang mendengar itu tidak melarang keinginan anaknya hingga akhirnya Surono ditemukan tewas di bawah mushala rumahnya.

Ia ditewas dibunuh dengan linggis oleh Bahar.

Setelah itu Bahar mengambil uang Rp 6 juta milik ayahnya dan serta menjual motor sebesar Rp 19 juta.

Sementara Busani menikah siri dengan pacarnya yakni JM pada Mei 2019. Pernikan tersebut tak lama karena bercerai 15 hari sebelum kasus tersebut terbongkar.

Perbuatan itu dilakukan Wahudin pada Selasa, (29/10/2019) di kediaman korban sebelum akhirnya menyerahkan diri ke pihak kepolisian.

Setelah menghabisi nyawa ayahnya dengan sebilah kapak, Wahudin mencoba menghilangkan jejak dengan membuang jasad ayahnya ke dalam septic tank dan menutupnya dengan adukan semen.

Jasad Rahadi, pertama kali ditemukan oleh istrinya atau ibu pelaku, Sariah (56) pada Selasa malam dalam keadaan terbungkus tikar di dalam septic tank di samping rumahnya

Awalnya ia curiga melihat ceceran darah di dalam rumah dan mengarah ke septic tank.

Kapolsek Warureja Iptu Nugroho Santoso mengatakan, Wahudin pelaku pembunuh ayah kandungnya sendiri diduga mengalami gangguan jiwa.

Hal itu berdasarkan keterangan warga yang menyebut pelaku kerap bolak-balik ke rumah sakit untuk pemeriksaan kejiwaan.

Ia kemudian ditemukan tewas dengan masih menggunakan pakaian lengkap di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kandang Kawat, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Sumatera Selatan pada Jumat (25/10/2019).

Bahkan, tubuh korban dicor menggunakan semen dan pasir agar tak diketahui oleh warga.

Belakangan diketahui jika Aprianita dibunuh oleh Yudi Tama Redianto (50) yang tak lain adalah honorer di tempat korban bekerja.

Yudi pun saat ini telah ditangkap Unit Jatanras Polda Sumatera Selatan untuk menjalani pemeriksaan bersama satu rekannya lagi yakni Ilyas (26) yang berperan sebagai eksekutor.

Kasus tersebut berawal saat Yudi menawarkan bisnis jual beli ke korban pada 26 Agustus 2019.

Saat itu, ia mengaku ada lelang mobil di Jakarta, jenis Toyota Innova tahun 2016. Mobil tersebut rencananya akan kembali dijual ke Palembang dengan harga tinggi.

Tawaran itu akhirnya membuat korban tergiur dan menerima tawaran dari Yudi. Pelaku pun meminta Aprianita untuk mentransfer uang sebesar Rp 145 juta untuk mengikuti lelang.

Setelah uang ditransfer, tersangka menggunakannya untuk foya-foya dan karaoke bersama dua perempuan.

Saat ditanya oleh korban, pelaku hanya mengembalikan uang Rp 50 juta.

Lalu tersangka Ilyas menjerat leher korban hingga tewas.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sumatera Selatan Kombes Pol Supriadi mengatakan, Nopi dan Amir diupah oleh Yudi sebesar Rp 11 juta.

Adapun korbannya yakni Zainudin (60), Siti Romlah (45), Wawan (55), dan Z (5). Empat korban ditemukan tewas dalam septic tank. Sementara satu korban, yakni Juwanda (26), ditemukan tewas terkubur di kebun singkong.

Kedua pelaku diketahui merupakan anak dan cucu dari korban Zainudin. Dari hasil pemeriksaan, aksi keji E dipicu masalah perebutan harta warisan milik Zainudin.

Pembunuhan Zainudin dan istri serta anak serta cucunya terjadi pada Oktober 2021. Saat itu E mendatangi rumah korban dan membunuhnya secara sadis dengan kapak.

Setelah tewas, keempat mayat korban dibuang di septic tank yang berada di belakang rumah.

Lalu E menutup septic tank dengan cara dicor dengan semen.

Sementara pembunuhan terhadap Juwanda terjadi pada Februari 2022. Saat itu Juwanda datang untuk mencari ibu kandungnya, Siti Romlah.

"E waktu itu bilang Zainudin dan istrinya pergi meladang di gunung," kata Kepala Desa Marga Jaya, M Yani.

Juwanda dibunuh oleh E dan anaknya, DW (17) saat korban terlelap tidur.

Kasus pembunuhan tersebut terungkap saat Juwanda dilaporkan hilang ke pihak kepolisian pada 1 Juli 2022. Disebutkan Juwanda tak diketahui keberadaannya sejak 24 Februari 2022.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Achmad Faizal, Slamet Priyatin, Ahmad Winarno, Tresno Setiadi, Aji YK Putra | Editor: Farid Assifa, Reni Susanti, David Oliver Purba, Khairina, Gloria Setyvani Putri)

https://regional.kompas.com/read/2023/05/09/155500778/6-kasus-mayat-dicor-yang-pernah-hebohkan-tanah-air-ada-balita-dan-pns

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke