Salin Artikel

Perjuangan Tukang Bubur hingga Penjual Pentol Naik Haji, Banting Tulang demi Kumpulkan Uang, Kini Impian ke Tanah Suci Tercapai

KOMPAS.com - Bagi Ujang Rahman (45), Afandi (62), dan Holili Addrae Sae (60), berangkat haji awalnya adalah impian.

Namun, mereka membuktikan, dengan kerja keras, mimpi tersebut akhirnya jadi kenyataan.

Ujang merupakan seorang penjual bubur di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Demi berangkat haji, Ujang bekerja keras demi bisa menabung. Sejak 2010, Ujang mulai mengumpulkan uang untuk ke Tanah Suci.

Setiap harinya, dia selalu menyisihkan keuntungan yang tak seberapa dari hasil penjualan bubur.

"Enggak langsung ada uangnya. Saya niat waktu itu kumpulin pakai celengan. Dari nominal yang kecil sampai bisa nabung di bank," ujarnya, Rabu (8/6/2022).

Untuk menambah celengan, Ujang harus memeras keringat. Setiap akhir pekan, pada jam siang, dia kerap membantu beberapa kios di Pasar Soreang, Kabupaten Bandung. Ia membantu melayani pembeli hingga jadi kuli panggul.

Setelah bertahun-tahun berpeluh, pada 2015, Ujang akhirnya mendaftar haji.

Sampai saat ini, Ujang tak pernah menyangka bahwa uang untuk berangkat haji terkumpul hanya dalam kurun waktu empat tahun saja.

"Rezeki dari mana-mana datangnya. Kerjaan dagang bubur, kadang jadi kuli kasar, tapi banyak rezeki dari luar itu. Membantu jaga rumah orang, teman lama minta dibangunin tempat usaha, sampai ngecat sekolah dan madrasah saya kerjain, tenyata mengalir semua," ucapnya.

Kisah serupa dituturkan Afandi, seorang penjual pentol di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Pria yang juga bekerja sebagai guru honorer ini mendaftar haji pada tahun 2010.

Akan tetapi, karena penghasilnya pas-pasan, ia tak mampu melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) saat akan berangkat.

Untuk melunasinya, Afandi memilih mencicil setiap bulan. Caranya dengan menyisihkan uang Rp 500.000 tiap bulan.

“Setelah saya daftar haji, saya terus menabung tiap bulan, sedikit-sedikit dari hasil jualan es lilin dan jualan jajan-jajan di sekolah maupun di tempat (lainnya),” ungkapnya, Selasa (7/6/2022).

Setelah menabung sejak 2010, Afandi akhirnya bisa melunasi BPIH pada 2018.

Lalu, pada 2019, bapak dua anak ini mendapat undangan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk. Ia diundang karena diproyeksikan berangkat haji pada tahun 2020.

Namun, karena adanya pandemi Covid-19, keberangkatan Afandi diundur. Akhirnya, tahun ini, dia akan menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut.

Bagi Afandi, ia masih tidak menyangka bisa berangkat haji lantaran penghasilannya sebagai guru honorer tak seberapa, sedangkan usaha sampingannya berjualan pentol juga tak banyak mendapat keuntungan.

“Penghasilan bersih satu bulan Rp 1.500.000, yang Rp 500.000 untuk bayar cicilan haji, yang Rp 1 juta untuk hidup satu keluarga, bayar kuliah anak dua. Ini pun (penghasilan bersih) kalau jualan ramai,” tuturnya.

“Secara akal sehat menurut perhitungan ekonomi, saya keluarga enggak mampu untuk naik haji. Karena apa? Ya dari penghasilan segitu,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Afandi mengaku sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan menunaikan ibadah haji.

Tukang becak di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, ini sedikit demi sedikit mengumpulkan penghasilan dari pekerjannya.

"Sehari kadang mendapat Rp 30.000 sampai Rp 50.000, kadang juga tidak mendapat apa-apa," jelasnya, Kamis (16/6/2022).

Selain menarik becak, Holili juga menjadi kuli angkut di pelabuhan yang tak jauh dari rumahnya.

Hasil kerja keras itu kemudian dibelikan emas dengan tujuan agar tabungan tersimpan dengan baik.

Pada 2011, almarhum istrinya, Busideh, mendapat arisan. Uang hasil arisan ditambah dengan hasil penjualan emas, menjadi bekal Holili dan Busideh untuk mendaftar haji.

"Awalnya saya ragu, tapi istri saya meyakinkan insya Allah akan dibantu oleh Allah SWT," terangnya.

Pada 2020, Holili dan Busideh mendapat kepastian bahwa mereka akan naik haji pada 2022.

Namun, Holili harus berangkat haji seorang diri lantaran istrinya meninggal pada 2020 lalu, jelang pengumuman keberangkatan haji.

Meski demikian, Holili sangat bersyukur bisa beribadah haji.

"Alhamdulillah, doakan saya dan istri saya menjadi haji yang mabrur," tandasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Bandung, M. Elgana Mubarokah; Kontributor Nganjuk, Usman Hadi; Kontributor Surabaya, Achmad Faizal | Editor: David Oliver Purba, Andi Hartik, Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2022/06/17/130000978/perjuangan-tukang-bubur-hingga-penjual-pentol-naik-haji-banting-tulang-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke