Salin Artikel

Kisah Warga Tergusur yang Bertahan di Tengah Debu Pasir Proyek Bandara

Parjiman (68) sesekali mengusap muka dan mata untuk membersihkan debu.

"Banyak sekali debu di sini," kata Parjiman di pelataran Masjid Al Hidayah di dalam izin penetapan lokasi (IPL) Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), Rabu (25/7/2018).

Parjiman bertahan meski kondisi lingkungan sebenarnya tidak sehat seperti itu. Ia tinggal di masjid itu sejak rumahnya di Palihan rubuh digusur, Kamis (19/7/2018) lalu. Ia bersama Warsidah, istrinya, bertahan di masjid dengan barang seadanya.

Begitu pula dengan asupan. Parjiman mengaku mengandalkan makanan dari bantuan.

"Tidak tahu bantuan dari mana. Ada yang peduli kasih bantuan," katanya.

Parjiman dan Warsidah adalah sepasang suami dan istri. Keduanya dan banyak warga lain mengungsi ke masjid ini sejak rumah mereka tergusur.

Mereka memasak air, mencuci, maupun madi di situ. Mereka bertahan di sana hampir satu minggu ini. "Masuk masjid ini dari Kamis," kata Warsidah.

Parjiman mengatakan, dia menolak relokasi. Barang-barang miliknya pun entah di mana. "

(Rumah) didobrak, barang dikeluarkan, saya juga dikeluarkan, padahal rumah dikunci," kata Warsidah.

Ia mengaku tidak tahu ke mana seisi rumahnya. "Komplit barang rumah tangga," katanya.

Belakangan ia mendapat kabar bahwa barang miliknya sudah dipindahkan ke rumah milik Kaur Pemerintahan Kantor Desa Palihan. Rumah itu merupakan rumah relokasi sementara baginya.

Ia menolak tinggal di sana. Ia juga mengaku tidak menerima barang mereka dipindah ke rumah itu. Buruh tani ini berniat bertahan di masjid.

"Semua akan kami pertahankan. Tidak bisa kalau tidak dipertahankan," kata Parjiman.

Sebanyak 36 kepala keluarga sempat bertahan di IPL. PT Angkasa Pura I (Persero) mengeluarkan paksa mereka dari IPL, minggu lalu.

Penggusuran tidak terhindarkan saat itu. Mayoritas warga yang tergusur menolak penggusuran. Mereka juga menolak barang dipindahkan.

Sebagian dari warga korban penggusuran memilih mendirikan tenda di sekitar bandara. Sebagian bertahan di masjid dalam IPL dan sisanya bertahan di antara puing.

Mayoritas menolak rumah sewa maupun rumah relokasi, termasuk rusunawa.

"Tapi kalau tetap nggak mau, menolak, kan jadi repot. Masalahnya sudah lain," kata Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo.

Namun pemerintah hati-hati dalam menghadapi sikap warga ini. Hasto mengatakan, pihaknya belum akan melakukan langkah buru-buru menangani warga terdampak pembangunan bandara ini.

Sementara ini, langkah yang diambil adalah sepanjang warga tidak mengganggu pembangunan bandara saat ini.

"Saya tahu mereka di masjid. Saya kira sementara ini kita ngemong dulu lah," kata Hasto.

https://regional.kompas.com/read/2018/07/25/22201981/kisah-warga-tergusur-yang-bertahan-di-tengah-debu-pasir-proyek-bandara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke