Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menderita Gizi Buruk, Hasballah Sudah Tiga Tahun Tidak Bisa Bergerak

Kompas.com - 27/11/2016, 15:25 WIB
Raja Umar

Penulis

MEULABOH, KOMPAS.com - Hasballah hanya bisa terbaring kaku di lantai semen rumahnya. Badan bocah laki-laki yang masih berumur 6 tahun itu kurus tinggal tulang, sementara kepala semakin hari terus membesar.

Sudah tiga tahun ia tidak dapat bergerak dari tempat tidur. Sesekali hanya terdengar suara kecil saat ia mengeluh kesakitan.

“Waktu sebelum sakit Hasballah adik saya normal seperti anak-anak seusianya, sebelum sakit, dia sering main dengan teman-temannya di sini,” kata Muhammad (17), kakak Hasballah, saat ditemui Kompas.com, Minggu (27/11/16).

Menurut dia, adiknya mulai jatuh sakit saat beranjak usia dua tahun. Selama sakit Hasballah sempat dibawa berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien, Meulaboh, sebanyaktiga kali. Selebihnya Hasballah (6) hanya diobati seadanya dengan cara tradisonal pada tabib di kampungnya.

“Pertama, adik saya sakit saat umur dua tahun, lalu dibawa ke rumah sakit dan mendapat perawatan selam 10 hari ia sembuh dan dibawa pulang. Kemudian umur tiga tahun dia sakit lagi. Namun, setelah dibawa ke rumah sakit tidak ada perubahan dan kami bawa pulang karena tidak ada biaya saat menjaga dia di rumah sakit, kemudian ibu juga harus ada yang jaga karena gangguan jiwa,” ujarnya.

Hasballah (6) merupakan anak dari keluarga yang sangat miskin dari pasangan Rusli dan Hiden, warga Desa Alue Perman, Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat. Mereka tinggal di rumah bantuan yang dibangun pasca tsunami 2004 lalu berukuran 4 x 8 meter.

Rumah tersebut tidak memiliki ruang dapur, kamar mandi, dan WC.

“Ini rumah ada bantuan uang dulu biaya rehab pasca tsunami, saya kumpulin dan saya bangunlah rumah berukuran 4 x 8, tapi rumah saya tidak ada dapur, kamar mandi, dan WC karena tidak ada lagi biaya untuk membuatnya, apalagi sekarang anak saya sudah lama sakit,” kata Rusli.

Akibat ketiadaan kamar mandi dan WC, dia mengaku, keluarganya kesulitan saat mandi dan ingin buang air besar. Selama ini berbagai kebutuhan air untuk keluarga terpaksa harus mengambil dari masjid yang tak jauh dari rumahnya.

“Kalau mandi dan air di masjid, tapi buang air di kebun di belakang rumah sehingga keluarga saya dihujat orang karena buang air sembarangan,” katanya.

Sejak anaknya jatuh sakit sakit, Rusli mengaku tak hanya berperan sebagai ayah, ia juga harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga keluarganya, mulai dari memasak, mencuci, hingga merawat anaknya yang sakit serta menjaga istrinya yang telah lama mengalami gangguan jiwa.

“Semenjak anak sakit, saya tidak dapat lagi bekerja, kalau dulu bisalah saya kerja harian di kebun orang, tapi sekarang sama sekali tidak dapat bekerja lagi, karena harus menjaga anak yang sakit dan istri juga stres,” sebutnya.

Dengan kondisi perekonomiannya yang tidak mampu, Rusli berharap ada pihak yang membantu meringankan beban keluarganya.

“Saya hanya dapat berusaha dan berdoa, semoga ada orang dermawan yang mau membantu kami, saya pun tidak tau pasti penyakit anak saya, tapi kondisinya sekarang semakin kurus dan kepalanya terus membesar,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com