KUPANG, KOMPAS.com - Di mana ada kemauan pasti akan ada jalan. Peribahasa atau pepatah klasik itu pantas disematkan kepada Yoseph Orem Blikololong (57).
Bagaimana tidak, pemulung asal Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur itu, meski terbilang nekat, tetapi bisa membangun dua sekolah sekaligus.
Walau pun penghasilannya pas-pasan, Yoseph dengan percaya diri yang tinggi membangun sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Karena keterbatasan biaya, sekolah PAUD yang diberi nama Peduli Kasih itu terpaksa menempati rumahnya yang sederhana di Kompleks STIBA, jalan Timor Raya kilometer 6, Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima.
Sementara SMP Surya Mandala Kupang, Yoseph pun menyewa empat ruangan bekas taman kanak-kanak, milik salah seorang pengusaha di Kota Kupang. Sekolah ini terletak di Jalan Timor Raya kilometer 9 Gang Monitor, Kelurahan Oesapa.
Dua sekolah itu menampung siswa yang berasal dari latar belakang keluarga yang tak mampu dari segi ekonomi alias miskin. Sejumlah anak jalanan, penjual koran, pencari besi tua, penjual keresek di pasar, hingga kondektur angkutan kota bersekolah tanpa dipungut biaya sepeser pun.
Yoseph membangun PAUD Peduli Kasih tahun 2008 lalu. Awalnya jumlah siswa mencapai 60 orang, tetapi terus berkurang dan saat ini hanya 20 anak saja.
Sementara untuk SMP Surya Mandala dibangun tahun 2011, dengan jumlah siswa awalnya 60 anak, namun angkanya terus bertambah hingga kini berjumlah 80 siswa.
Di sekolah PAUD, hanya ada satu orang tenaga pengajar yang digaji setiap bulannya Rp 200.000. Sementara di SMP, terdapat 9 tenaga pengajar, termasuk satu orang kepala sekolah. Para guru ini diberi honor Rp 100.000 per bulan, sedangkan kepala sekolah Rp 200.000.
“Sebenarnya kita tidak sebut itu sebagai gaji, tapi hanya uang transport buat para guru ini. Mereka semua bekerja secara ikhlas dan membantu para siswa miskin ini,”kata Yoseph kepada Kompas.com di kediamannya, Minggu (13/11/2016).
Prihatin banyak anak miskin tidak sekolah
Rupanya menjadi pemulung, penghasilan cukup lumayan. Dalam sehari ia mampu meraup Rp 100.000 hingga Rp 200.000. Yoseph pun akhirnya berhasil menyekolahkan tiga orang anaknya hingga perguruan tinggi.
Anaknya yang pertama sudah lulus kuliah dan saat ini bekerja sebagai guru di Kabupaten Lembata. Dua orang lainnya masih kuliah, sementara yang lain masih sekolah di bangku SMA dan SMP.
Namun di saat yang bersamaan, Yoseph prihatin dengan kondisi kehidupan orang-orang di sekitarnya yang bernasib lebih buruk dari dirinya. Berangkat dari itu, ia pun membangun sekolah khusus untuk warga miskin.