Mereka setiap hari bertaruh nyawa menyeberangi sungai yang menghubungkan Desa Rebuk-Kedunglo itu dengan rakit karena jembatan penghubung hancur dan belum diperbaiki hingga sekarang.
Rakit kini menjadi alat transportasi utama bagi siswa mulai dari PAUD, TK hingga SD.
Salah satu siswa SD, Ali Murtadho, kepada Kompas TV berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan penghubung itu agar ia dan teman-temannya bisa tenang dan lancar berangkat ke sekolah.
"Keinginannya jembatan segera dibangun biar lancar ke sekolah," kata dia.
Ali dan teman-temannya diseberangkan oleh orang dewasa dengan menggunakan rakit. Namun itu tidak setiap hari. Mereka terkadang menjalankan sendiri rakit menyeberangi sungai yang terkenal deras itu.
Suyanto, penjaga sekolah, mengaku ia kerap membantu menyeberangkan siswa mulai PAUD, TK hingga SD.
"Kegiatan sehari-hari ini, anak sekolah pagi saya ngantar, pulang saya jemput. Dari kelas satu sampai kelas enam (SD) terus TK sampai PAUD," kata Suyanto.
Namun dia mengaku tidak setiap hari berada di pinggir sungai. Ada kalanya siswa menjalankan sendiri rakit untuk menyeberang sungai tersebut.
Saat musim hujan dan air sangat deras, siswa terpaksa memutar sejauh 5 km untuk pergi ke sekolah karena tidak memungkinkan menggunakan rakit.