Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Italia Jadi Pelatih Gamelan Anak-anak SD di Yogyakarta

Kompas.com - 25/10/2015, 18:19 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berawal dari mengikuti workshop, pria asal Italia bernama Luca Pietrosanti (35) jatuh cinta dengan musik gamelan.

Berkat ketekunan dan tekadnya, saat ini dia menjadi pengajar gamelan di salah satu sekolah dasar (SD) di Yogyakarta.

Luca menuturkan, pada tahun 2008, dia mengikuti workshop musik gamelan di Italia.

"Workshopnya di Italia, saat mendengar suaranya saya langsung jatuh cinta," ucap Luca saat ditemui di Parade Gamelan Anak, Minggu (25/10/2015).

"Seperti orang jatuh cinta, sulit mengatakan alasanya. Justru jatuh cinta itu memang harusnya tanpa alasan kan," tambahnya.

Rasa jatuh cinta mendorong dirinya berangkat ke Indonesia, tepatnya ke Kota Yogyakarta, untuk belajar langsung musik gamelan. Lewat beasiswa pemerintah Indonesia, Luca tiba di Yogyakarta pada tahun 2009.

"Saya dapat beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk negara lain," ujarnya.

Di Yogyakarta, Luca lantas berkeliling mencari tempat untuk belajar gamelan dan mengerjakan tugas penelitiannya. Pencarianya pun membuahkan hasil, dia berlatih gamelan di Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) kesenian Sleman.

"Pertama kali saya belajar di PPPG Kesenian, belajar sama Pak Kardiman," tegasnya.

Dari PPPG Kesenian, Luca lantas mendalami musik gamelan di Institute Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Setelah itu, dia berguru secara pribadi ke setiap seniman gamelan di Yogyakarta.

"Di ISI saya satu tahun, lalu berguru secara pribadi ke Pak Didik," katanya.

Dia mengaku saat ini mampu memainkan hampir seluruh alat musik gamelan. Hanya satu yang belum bisa dimainkannya, yakni gendher.

"Saya belajarnya satu-satu, kemarin satu tahun kendang, satu tahun rebab. Kalau gendher saya belum, baru besok mau mendalami," ucapnya.

Menurut dia, yang menarik dari musik gamelan adalah instrumennya sangat banyak. Setiap pemain tidak boleh egois, tetapi harus mau mendengarkan ketukan pemain gamelan lainnya.

"Harus mau mendengarkan, tidak bisa main sendiri-sendiri. Selain itu yang terpenting adalah mengolah rasa (menggunakan perasaan)," tegasnya.

Setelah berada sekitar satu tahun di Yogyakarta, dia sempat kembali ke negaranya Italia. Luca berangkat ke Vatikan untuk memainkan alat musik yang telah membuatnya jatuh cinta itu.

Tak lama kemudian, Luca kembali lagi ke Yogyakarta. Selain ingin terus mendalami gamelan, dia datang untuk membantu mengenalkan musik gamelan kepada anak-anak sekolah.

"Saya diberi kesempatan untuk melatih anak-anak di SD Olifant, muridnya ada yang dari luar negeri juga. Mereka sangat tertarik bermain gamelan," tuturnya.

Dia mengungkapkan, murid-muridnya hanya mempersiapkan diri selama dua bulan untuk mengikuti Parade Gamelan Anak hari ini. Meski singkat, namun yang utama adalah mengenalkan musik gamelan kepada anak-anak.

"Musik gamelan yang dimainkan oleh anak-anak tadi di parade saya yang aransemen. Ke depan saya ingin musik gamelan bisa dikenal juga di Italia," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com