Peringati Hari Anak, Pegiat Perlindungan Anak Gelar Unjuk Rasa

Mereka memanfaatkan momentum Hari Anak Nasional yang jatuh setiap tanggal 23 Juli ini untuk mengampanyekan kepedulian terhadap anak. Agenda besar yang mereka usung adalah sorotan kasus kekerasan seksual terhadap anak yang tengah terjadi di Kota Kediri.

Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Kadiri (BEM-FH Uniska) Ronggo Noto Negoro, mendesak aparat penegak hukum untuk menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak secara profesional. Polisi harus mengedepankan rasa keadilan, serta kepentingan anak.

"Kepada pengadilan, kita berharap menjatuhkan hukuman seberat-beratnya sesuai hukum yang berlaku terhadap pelaku kekerasan terhadap anak," kata Ronggo Noto Negoro.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Kota Kediri Ebiyantoro, mengingatkan penegak hukum untuk menghindari penggunaan cara-cara kekerasan dalam menangani anak yang tengah berhadapan dengan masalah hukum. Dia berharap pola penanganannya harus tetap dalam konteks pendekatan ramah anak.

"Cara-cara kekerasan dalam penanganan anak yang sedang berkonflik hukum harus dihindari," ujar Ebiyantoro.

Dalam kesempatan itu, para pegiat juga mendesak Pemerintah Kota Kediri agar menyelenggarakan upaya-upaya perlindungan anak secara kongkrit melalui kebijakan maupun regulasi yang berpihak pada anak agar terwujud kota yang ramah anak.

Selain berorasi, massa mengisi aksi dengan membagikan selebaran serta stiker kepada para pengguna jalan yang melintas di sekitar alun-alun.

Kepolisian Resor Kediri Kota saat ini tengah menangani dugaan kekerasan seksual terhadap anak dengan tersangka pelaku Sony Sandra. Ada lima korban yang melapor ke polisi. Namun diduga masih banyak korban lainnya yang belum membuat laporan resmi.

Tersangka Sony Sandra sudah ditahan setelah diamankan di Bandara Juanda Surabaya saat hendak bepergian ke Eropa beberapa waktu lalu.