Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Bahas Shinkansen dengan Jokowi, Ridwan Kamil Mengaku Panik tapi Asyik

Kompas.com - 15/07/2015, 04:46 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengaku telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang rencana pembangunan Shinkansen atau kereta cepat Jakarta-Bandung.

"Agustus itu lelangnya. Beritanya adalah antara teknologi Jepang dan teknologi Cina. Ground breaking-nya antara Januari atau Februari tahun depan," ujar Ridwan Kamil di Bandung, Selasa (14/7/2015).

Dengan kereta api cepat ini, waktu tempuh antara Bandung-Jakarta hanya 30 menit. Kenyamanan dan kecepatan teknologi kereta api cepat ini akan menarik masyarakat untuk menggunakan Shinkansen. Bahkan, bisa dipastikan akan ada lebih banyak orang yang mendatangi Bandung.

Namun, dalam menghadapi megaproyek ini, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, mengaku panik. "Lagi panik-panik asyik. Ini berita baik tapi bikin panik juga," tuturnya.

Kepanikan tersebut berasal dari masalah transportasi penunjang di Bandung yang belum memadai, khususnya di stasiun akhir Gedebage.

"Kalau ini berhenti di Gedebage, naik apa nanti dari Gedebage ke kota? Nah, itu harus dipikirkan dari sekarang. Masak turun di sawah," ujarnya.

Emil mengaku khawatir jika Shinkansen ini hadir, maka penumpangnya diharapkan tidak membawa mobil. Karena itu Pemkot Bandung sedang memikirkan alternatif transportasi. Jika berpikir ini sebagai sebuah kesempatan, tentunya akan memajukan bisnis taksi, bus, dan lainnya.

"Karena itulah saya mendorong semua taksi, bus, angkot, dan angkutan umum lainnya meningkatkan pelayanan. Setidaknya mengikuti teknologi yang digunakan Taksi Uber yang memberikan banyak kemudahan," ucap Emil.

Menurut Emil, kondisi Bandung saat ini adalah pengguna kendaraan pribadi mencapai 75 persen dan angkutan umum 25 persen. Jadi, meski Bandung jadi kota pariwisata nomor satu di Indonesia dengan jumlah wisatawan 6 juta per tahun dan perputaran uangnya mencapai Rp 6 triliun per tahun, ini belum diikuti dengan bisnis transportasinya. Karena, wisatawan rata-rata datang ke Bandung menggunakan mobil pribadi.

"Jadinya macet. Itu tantangan yang dihadapi Bandung. Kami akan segera benahi, misalnya dengan cable car dan lainnya. Apalagi mendekati megaproyek shinkensen ini," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com