Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi Ingin Berhenti Merokok

Kompas.com - 02/11/2014, 17:55 WIB
Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha

Penulis

PANGANDARAN, KOMPAS.com — Menteri perempuan nyentrik asal Pangandaran, Jawa Barat, Susi Pudjiastuti, telah menjadi sorotan publik setelah dilantik menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja masa periode 2014-2019.

Sorotan tersebut ialah mulai dari kesuksesan usahanya, gaya dan perilakunya, sampai kehidupan pribadinya. Sempat ramai diperdebatkan pula tentang gaya hidupnya sebagai perokok berat dan adanya tato di tubuhnya. Malahan, sejumlah wartawan sempat memergoki Susi sedang merokok dan membuka sepatunya di Istana Negara, beberapa waktu lalu.

Susi dulu, yang bekerja sebagai pedagang ikan keliling, berbeda dengan Susi sekarang yang memimpin salah satu kementerian di Indonesia. Sejalan dengan ini, Susi pun mulai mengutarakan keinginan mengubah sedikit demi sedikit kebiasaan buruknya yang dulu tak dibatasi oleh siapa pun.

Ia terlihat mulai menyadari bahwa sekarang dia adalah seorang figur publik. Tentunya, setiap gerak-geriknya bisa menjadi sorotan publik yang nantinya bisa tersebar luas di masyarakat umum.

"Saya ingin berhenti merokok, sedang berusaha, tapi tidak akan bisa langsung sekaligus," kata Susi di hadapan ratusan warga Pangandaran saat acara temu warga dan nelayan Pangandaran, Sabtu (1/11/2014) kemarin.

Dengan gaya bicara ceplas-ceplosnya, memakai bahasa Sunda, dan sesekali berbahasa Jawa, Susi mengungkapkan bagaimana caranya nanti untuk bisa berhenti merokok. "Ayeuna kan sugan opat jam sakali teu ngaroko. (Sekarang sudah bisa paling tidak empat jam satu kali merokok, red)," ujar Susi, menerangkan bagaimana upaya merealisasikan keinginannya untuk berhenti dari kebiasaannya tersebut.

Susi kini tampaknya mulai menyadari bahwa dirinya akan menjadi contoh gaya hidup bagi masyarakat, paling tidak bawahannya di kementerian yang dipimpinnya saat ini.

Kasihan harus tahan merokok

Melihat kondisi Susi saat ini, Muhyati (49), salah seorang teman sekolah dan juga pegawai perusahan Susi, merasa kasihan kepada majikannya itu jika harus menahan kebiasaannya merokok.

Terlebih lagi, ia mengetahui kalau bos besarnya itu adalah perokok berat sejak dulu. "Jujur saja saya kasihan sama Bu Susi untuk bisa tidak merokok. Soalnya, saya tahu kalau perokok kayak saya begini tak akan mudah untuk berhenti sekaligus," ungkap Muhyati.

Muhyati menilai, sosok majikannya tentu akan tertekan dengan kebiasaan barunya yang tak sebebas dulu sebelum menjadi menteri, terutama sorotan-sorotan kepada bosnya tersebut yang negatif, mulai kehidupan pribadi dan gaya hidupnya.

"Saya suka kesal kalau ada berita tentang mengangkat pribadi dan kebiasaan Bu Susi merokok. Bukan apa-apa, saya kan sudah kenal dari dulu dan tahu bagaimana Bu Susi. Sudah jadi menteri begini, kasihan kelihatannya kayak lelah banget gitu," tambah dia.

Kondisi pagelaran acara di rumahnya seperti ini pun berbeda dengan pelaksanaan acara kantor lain Susi sebelum jadi menteri. Kali ini, kata dia, acara lebih formal dan banyaknya pegawai pemerintah atau protokoler dari kementerian. "Kalau sekarang begini, lebih protokoler. Tapi, mungkin seperti ini peraturannya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com