Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Kemarau, Suhu Udara Cirebon Capai 37 Derajat Celsius

Kompas.com - 25/09/2014, 21:40 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Prakirawan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faidzin menyatakan, suhu udara di Cirebon dan beberapa wilayah Pantai Utara lainnya meningkat menjadi 37 derajat celsius. Biasanya, suhu di daerah itu pada siang hari mencapai 32 derajat celsius.

“Pada normalnya, suhu udara di Cirebon 32 derajat celsius. Awal Agustus meningkat 34 derajat, dan Kamis siang tadi, meningkat hingga angka maksimal 37 derajat celsius. Awal hingga pertengahan Oktober nanti, dimungkinkan meningkat lagi, lantaran puncak kemarau,” jelasnya melalui pesan singkat, Kamis petang (25/9/2014).

Suhu panas yang dirasa sangat menyengat ini dimulai dari pukul 09.00 WIB, dan perlahan meredup pada pukul 16.00 WIB. Terkait penyebab peningkatan suhu udara, Ahmad menyebutkan karena dua faktor, yakni alam dan manusia.

Menurut dia, saat ini matahari berada tepat di titik ekuator. Kemudian bulan September dan Oktober masuk musim angin kumbang timur yang menghembuskan angin besar laut ke Pantura. Sementara di bagian lain, di Pantura semakin minim ruang terbuka hijau yang berperan menyerap radiasi langsung dari matahari ke kulit manusia.

“Banyaknya pusat perbelanjaan, hotel, restauran dan gedung-gedung yang didominasi oleh kaca menjadi salah satu faktor utama meningkatnya suhu panas,” tukas Ahmad.

Kondisi suhu panas yang meningkat, lanjut Ahmad, cukup membahayakan, khususnya mereka yang bekerja di lapangan. Ia berpesan, para pekerja lapangan agar menggunakan alat pelindung secara lengkap, seperti helm, jaket, masker, dan lainnya yang dapat mencegah sinar matahari langsung ke kulit. Dalam jangka panjang, radiasi yang berlebihan menyebabkan kanker kulit.

Sementara itu, Duta Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, perwakilan Cirebon, Yoyon Suharyono berpendapat, ruang terbuka hijau di Kota Cirebon sudah semakin berkurang. Pembangunan jasa pelayanan, khususnya pusat perbelanjaan, hotel, dan tempat-tempat makan sudah memakan ruang terbuka hijau.

“Hampir sudah tidak ada lagi lahan untuk terbuka hijau. Itu semua dapat terlihat dari tengah hingga pinggiran Kota Cirebon. Pinggiran seperti kawasan kebon pelok, yang seharusnya menjadi daerah penyangga, sudah dijadikan lahan properti. Dan itu tumbuh subur di lokasi tersebut,” keluh Yoyon saat ditemui di kantor KONI kabupaten Cirebon, Kamis petang (25/9/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com