"Cerukan-cerukan itu memang sengaja dibuat warga untuk alternatif jika terjadi kekeringan," jelas Irin, warga Dusun Nglakap, Jumat (12/9/2014).
Selama musim kemarau, masyarakat biasanya mengambil air ke ceruk-ceruk tebing setiap dua atau tiga hari sekali. Airnya memang tidak terlalu bersih, jadi harus disaring dan diendapkan untuk bisa dikonsumsi. "Ya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan minum ternak," ucapnya.
Menurut dia, ketika musim kemarau, daerahnya memang langganan kekeringan. Total ada 110 jiwa yang menghuni Dusun Nglakap. Ia mengungkapkan, memang ada truk tangki swasta yang datang untuk menyediakan air, namun harganya terlalu mahal. Setiap tangki isi 5.000 liter harganya mencapai Rp 110.000 bahkan kadang lebih, sehingga warga tidak mampu membelinya.
"Kita berharap pemerintah bisa membantu memperbaiki pipa saluran air sehingga dapat kembali berfungsi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.