Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Prabowo" dan "Jokowi" Berpelukan di Mataram

Kompas.com - 23/07/2014, 12:03 WIB
Kontributor Kompas TV, Abdul Latif Apriaman

Penulis


MATARAM, KOMPAS.com — Dua pria yang memakai topeng bergambar Prabowo Subianto dan Joko Widodo terlihat bersama-sama memunguti sampah di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nusa Tenggara Barat (NTB).

Bersama mereka juga terlihat dua pria yang masing-masing memakai topeng bergambar Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla. Mereka kemudian membersihkan dinding plang kantor KPU NTB. Mereka terlihat kompak, sama sekali tak ada tanda-tanda bermusuhan.

Setelah melakukan aksi bersih-bersih, mereka kemudian bersalaman dan berpelukan. Seluruh adegan di atas adalah bagian dari aksi simpatik yang digelar aktivis Front Perjuangan Rakyat (FPR) NTB, Rabu (23/7/2014).

Keempat orang yang mengenakan topeng capres dan cawapres itu ingin memberikan pesan damai yang selama ini menjadi mimpi rakyat di negeri ini.

"Aksi ini adalah simbol dari keinginan rakyat pasca-penetapan presiden dan wakil presiden terpilih oleh KPU. Rakyat menginginkan pemilu berakhir damai dan para pemimpin segera bekerja menuntaskan persoalan bangsa," kata Amar Akbar, Koordinator Umum FPR NTB.

Front Perjuangan memandang siapa pun yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden haruslah diterima dengan lapang dada dan diakui sebagai pilihan mayoritas rakyat Indonesia. Untuk itu, FPR memandang KPU dan segenap penyelenggara pemilu pantas untuk mendapat apresiasi atas kerja mereka dalam menyelenggarakan pemilihan umum secara independen di bawah tekanan beragai pihak yang memiliki kepentingan.

Kendati demikian, bagi FPR NTB, pergantian pemimpin bukanlah jaminan bagi berakhirnya persoalan rakyat.

"Jangan pernah berpikir bahwa persoalan rakyat akan berakhir dengan bergantinya pemimpin. Proses perjuangan masih panjang. Masih terlalu banyak PR yang harus dituntaskan," kata Amar.

Di NTB, FPR mencatat beragam pekerjaan rumah yang masih belum dituntaskan, antara lain persoalan pertambangan PT Newmont Nusa Tenggara yang hasilnya hingga kini dinilai masih belum dinikmati rakyat NTB; persoalan perampasan lahan petani seluas 1.250 hektar oleh PT LTDC di kawasan wisata Lombok Tengah yang terus menjadi sumber sengketa, serta beragam soal lainnya, termasuk rendahnya IPM rakyat NTB.

Setelah proses penetapan presiden dan wakil presiden terpilih oleh KPU, FPR NTB menyerukan agar seluruh rakyat segera meninggalkan kesedihan dan kekecewaan bagi pendukung pasangan yang kalah, juga tak larut dalam euforia kemenangan bagi pendukung pemenang pilpres.

"Akhiri pemilu dengan damai, kerja yang nyata sudah menunggu. Persoalan-persoalan rakyat butuh segera diselesaikan, bukan hanya diperdebatkan," tandas Akbar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com