Abdul Gafur, salah satu warga yang datang mengecek mengaku belum menerima undangan memilih dari panitia padahal pilpres tinggal sehari lagi.
“Bukan hanya saya yang belum mendapatkan kartu memilih, ratusan warga lainnya termasuk para tetangga saya juga belum dapat undangan mencoblos. Saya harap KPU bisa menyelesaikan dan warga tak kehilangan hak politiknya hanya karena alasan administratif,” ujar Abdul Gafur, salah satu warga.
Menurut Abdul Gafur, ratusan warga lain, termasuk para tetangganya, hingga kini juga belum mendapatkan kartu pemilih.
Sementara itu, Ketua KPPS Pasangkayu, Agus, mengatakan, petugasnya kewalahan karena warga Pasangkayu sering berpindah-pindah dan banyak pemilih tak jelas alamatnya.
“Petugas kami kesulitan melacak sebagian pemilih karena ternyata banyak yang pindah alamat dan sulit dilacak, makannya banyak kartu pemilih belum sampai ke tangan pemiliknya,” ujar Agus.
Menurut dia, di wilayah Pasangkayu, banyak pemilih yang berstatus tinggal di kos-kosan. Warga yang belum mendapat undangan pemilih kerap sulit ditemui atau bahkan tak terdaftar lagi sesuai alamat.
Banyaknya pemilih yang pindah kos-kosan, lanjut Agus, menjadi kendala tersendiri untuk mempercepat distribusi undangan pemilih. Menurut dia, petugas sudah mendatangi alamat pemilih dan sulit melacak ke mana warga tersebut pindah.
Sampai saat ini, warga Pasangkayu masih berdatangan ke Kantor KPPS untuk mencari kartu undangan memilih yang belum didapatkan. Para pemilih yang kecewa dengan kinerja petugas KPU dan jajarannya ini berharap petugas bisa segera mengatasi masalah ini sehingga pemilih tidak kehilangan hak politiknya berpartisipasi dalam Pilpres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.