Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yanti, Bocah yang Dibuang Ayahnya di Kebun Sawit

Kompas.com - 30/04/2014, 14:38 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Siang itu terdengar beberapa murid yang rata-rata berusia tiga hingga empat tahun mengeja alfabet. Suara itu datang dari sebuah ruangan yang dipakai untuk sebuah lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) memberikan bimbingan membaca dan menulis serta hitung bagi anak usia dini.

Tak banyak murid di kelas itu, hanya tiga orang dengan badan yang masih kecil-kecil, sementara seorang lagi ialah seorang bocah perempuan berkulit hitam dengan badan lebih besar dari yang lain. Usianya sudah sembilan tahun.

Bocah sembilan tahun itu adalah Yanti. Dia adalah seorang bocah yang dibuang ayahnya tiga tahun lalu karena alasan yang tak jelas.

Yanti baru memasuki satu minggu bersekolah di tempat itu. Sebuah impian yang mahal baginya untuk dapat belajar, bermain bersama anak seusianya. Impian itu begitu sulit ia raih mengingat ia hanya hidup bersama seorang nenek angkat bernama Rosni (49) yang sudah menjanda.

Kisah hidup Yanti teramat tragis. Bagaimana tidak, sejak ibu kandungnya meninggal tiga tahun lalu, saat itu pula ia dibuang oleh ayahnya. Yanti ditemukan oleh nenek Rosni di sebuah perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Seluma, Bengkulu, dalam kondisi mengenaskan.

Dia kelaparan, kotor, dan membawa karung berisi pakaian yang tak lagi layak pakai.

"Saya terkejut menemukannya di perkebunan kelapa sawit. Ia minta makan, lalu saya beri makan. Selanjutnya, usai diberi makan, ia tak mau pergi, justru ia ingin ikut saya," kata Rosni saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Lempuing, Kota Bengkulu, Rabu (30/4/2014).

Kepada Nenek Rosni, Yanti menceritakan bahwa ia ditinggal oleh ayahnya di perkebunan kelapa sawit karena ayahnya menikah lagi.

Ayah Yanti, menurut kisah Nenek Rosni, tak memiliki pekerjaan dan rumah, tetapi telah menikah lagi.

"Yanti tak berani kembali kepada ayahnya karena ibu tirinya tak bersedia menerima Yanti, sementara ayah Yanti takut jika Yanti kembali kepadanya, maka ia akan diceraikan oleh ibu tiri Yanti," ujar Nenek Rosni.

Merasa terpanggil merawat Yanti, akhirnya Nenek Rosni berjanji kepada Yanti bahwa dengan segala keterbatasan ia akan merawat Yanti. Ia hanya bisa menyantap beras raskin.

"Saya hanya berani janji dengan Yanti sanggup beri ia makan, pakaian, dan tempat tinggal saja. Selebihnya saya tak sanggup, apalagi sekolah," tambah Rosni.

Nenek Rosni merasa bersyukur ada sekolah PAUD yang mau memberikan pendidikan gratis kepada cucu angkatnya itu. Untuk sementara, gundah Nenek Rosni terhadap pendidikan Yanti terjawab meski hanya untuk sementara.

Reni, salah seorang guru Yanti, menyatakan bahwa bocah malang itu sama sekali tak dapat membaca dan menulis. Namun, Yanti tak malu dan mau belajar meski satu kelas dengan anak-anak usia tiga tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com