Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Bu Muslimah, Sosok Guru dalam "Laskar Pelangi"

Kompas.com - 05/10/2013, 14:43 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


BELITUNG TIMUR, KOMPAS.com - Di dalam cerita Laskar Pelangi, sosok seorang guru ideal yang bijaksana, arief, dan mengayomi ada pada diri ibu Muslimah. Sosoknya ternyata tidak hanya di dalam novel maupun film layar lebar, ibu Muslimah benar-benar ada.

Di rumahnya yang sederhana, sekitar 500 meter dari rumah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di Gantong, Belitung Timur, Muslimah menceritakan pengalamannya mengasuh dan mendidik anak-anak Laskar Pelangi. Satu hal yang membuat hati tersentuh mendengarnya, saat Muslimah berhasil membuat Harun, seorang anak penderita down syndrome ikut belajar dan bermain bersama anak-anak normal lainnya. Kesembilan anak Laskar Pelangi lainnya pun dengan tulus menerima kehadiran Harun.

Masih ingat di dalam ingatan kita, sosok Harun dalam tetralogi Laskar Pelangi, diceritakan sebagai anak down syndrome, siswa kesepuluh penyelamat SD Muhammadiyah, Gantong. Kemudian, bagaimana Muslimah dapat mendidik Harun sama dengan anak-anak lainnya?

Pendidikan anak normal dengan anak down syndrome, seharusnya tidak boleh dibedakan. Yang harus ditekankan dalam proses pendidikannya adalah bagaimana guru memberikan penekanan kepada anak didik bahwa anak cacat itu mesti dihargai dan diposisikan setara dengan anak normal. Saat Harun pertama kali datang, Muslimah sudah mewanti-wanti kepada siswa-siswanya untuk tidak mengolok-olok kekurangan yang dimiliki oleh Harun.

Dengan berbekal sebuah buku pegangan pelajaran, Muslimah kemudian mengadakan cerdas cermat kecil-kecilan. Wanita berjilbab itu sengaja memberikan kesempatan kepada Harun untuk terus menjawab pertanyaan cerdas cermat. Ternyata, seluruh jawaban Harun tidak benar. Melihat itu, hampir seluruh siswa tertawa. Muslimah menenangkan para siswa dan lantas mendekati Harun. Ia pun menyentuh halus punggung sambil memegang jari-jari kecil Harun. Seraya memeragakan didikannya kepada Harun. Muslimah menceritakan, kebanyakan para anak down syndrome akan mengingat angka terakhir yang disebutkan.

"Kalau mereka salah menghitung, jangan ditertawakan. Kita bilang pandai dan jagoan, anak itu akan semakin dihargai," kata Muslimah, di Gantong, Belitung Timur, beberapa waktu lalu.

Muslimah juga mengingatkan kepada anak-anak Laskar Pelangi, siapa yang dapat membuat teman lainnya tersenyum, maka ia akan mendapat pahala besar. Anak-anak Laskar Pelangi, kata Muslimah, paling senang ketika mendengar kata "pahala". Saat itu, kata "pahala" dan "dosa" sangat kuat mempengaruhi anak didik. Akhirnya, pesan itu, dicerna anak-anak Laskar Pelangi. Mendidik anak down syndrome harus didasari dengan kelembutan dan penuh kasih sayang. "Dengan itu, mereka jadi percaya diri, merasa dihargai, dan dirangkul," ujar Muslimah.

Tak hanya mengajarkan kiat tersebut kepada siswa Laskar Pelangi, Muslimah juga menularkan tipsnya itu kepada guru-guru seluruh Indonesia. Ia memaklumi dalam mendidik anak down syndrome, tidak mudah. Maka, rasa kesabaran dan ketulusan wajib dimiliki oleh semua.

Dalam kesempatan itu, Muslimah juga menceritakan sejarah terciptanya kesepuluh anak Laskar Pelangi. Mengapa disebut Laskar Pelangi? Dengan mudah Muslimah menjawab kalau nama itu dipilih karena Laskar Pelangi merupakan sekumpulan anak yang memiliki warna kulit berbeda-beda, suku yang berbeda, dan tabiat yang berbeda-beda. Maka dinamakan Laskar Pelangi. Dengan perbedaan itu, mereka menunjukkan sikap kompak dan bersatu, tanpa peduli pada kekurangan dan kelebihan mereka.

"Kami bersyukur pernah belajar bersama anak-anak di sekolah miskin. Sekarang SD Muhammadiyah sudah jadi sekolah terbaik di Gantong sini," pungkas Muslimah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com