SOLO, KOMPAS.com - Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) mengajukan lima warisan dokumenter atau documentary heritage ke UNESCO.
Kelima warisan dokumenter itu antara lain, arsip Kartini dan perjuangan gender, arsip pembentukan ASEAN, arsip Hamzah Mansuri, tari khas Mangkunegaran, dan Sanghyang Siksa Kandang Karesian.
Plt Kepala ANRI, Imam Gunarto mengatakan, kelima arsip warisan dokumenter itu sudah diajukan ke UNESCO.
Baca juga: Menilik Temporary Tattoo, Tren Anak Muda Semarang Populerkan Seni Tato
Imam menambahkan, baru tahun ini Indonesia mendapatkan jatah lima wisaran dokumentar untuk diajukan ke UNESCO. Biasanya, setiap negara hanya mendapat jatah dua warisan dokumenter untuk diajukan.
"Mudah-mudahan di akhir tahun atau awal tahun diumumkan. Kalau Indonesia bisa mengajukan keren banget. Karena ini belum pernah terjadi setahun lima. Padahal jatahnya cuma dua," kata Imam di Solo, Jawa Tengah, Senin (10/6/2024).
Imam menerangkan, untuk arsip tari khas Mangkunegaran ini berisi cengkok tari. Arsip 1.000 halaman itu merupakan karya KGPAA Mangkunegara IV.
"Arsip ini tulisan campuran ada huruf Jawa," ungkap dia.
Dikatakan Imam, sebelum naskah diajukan terlebih dahulu diregister sebagai memori kolektif bangsa. Kemudian diteliti oleh dewan pakar.
"Nanti dicek. Kalau signifikansinya Asia Pasifik dia diajukan sebagai Memory of the World Asia Pasifik. Kalau signifikansinya internasional ya ke Paris," kata Imam.
Imam menyatakan, kelima arsip warisan dokumenter tersebut semuanya baru diajukan tahun ini.
"Semua baru diajukan. Pernah kita mengajukan beberapa kali kalau tidak salah Babat Diponegoro atau Negarakertagama. Itu tidak sekali jadi nunggu 13 tahun," terang Imam.
Lebih jauh, Imam menerangkan, tahun lalu Indonesia mengajukan tiga warisan dokumenter ke UNSECO.
Ketiga warisan dokumenter tersebut diterima sebagai sebagai Memory of the World for Asia and Pasific.
"Ada arsip Indarung I Semen Padang, arsip penelitian gula dan naskah Tambo Imam Bonjol," ungkap Imam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.