Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Mooring System” Pertama Terpasang di Raja Ampat, Kadis P2KP: Untuk Kepentingan Wisata dan Piring Makan Warga

Kompas.com - 08/06/2024, 16:36 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 

RAJA AMPAT, KOMPAS.com - Pemasangan dua pelampung tambat labuh atau mooring system dekat Pulau Mioskon dan Friwen, kawasan konservasi perairan Raja Ampat, disebut untuk kepentingan wisatawan.

Hal tersebut disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan (P2KP) Absalom Solossa yang mewakili Penjabat (Pj) Gubernur Papua Barat Daya dalam acara peresmian mooring system.

“Yang merupakan jejaring fasilitas labuh tambat yang diperuntukkan bagi moda transportasi laut, terkhusus dipergunakan untuk kepentingan wisata,” kata Absalom dalam pidatonya di Raja Ampat, Papa Barat Daya, Sabtu (8/6/2024).

Baca juga: Mooring System Dipasang di Perairan Raja Ampat, Cegah Kerusakan Terumbu Karang

Absalom juga menyampaikan, tambat labuh atau mooring system yang sudah dipasang pada Jumat (7/6/2024) bertujuan agar kapal-kapal wisata tidak membuang jangkar sehingga merusak terumbu karang.

“(Padahal terumbu karang) sebagai modal pariwisata dan perikanan, yang terutama adalah ‘piring makan’ masyarakat Raja Ampat,” ucap Absalom.

Dalam kesempatan ini, Absalom menekankan bahwa mooring system di perairan Raja Ampat ini akan menjadi percontohan untuk dikembangkan lebih jauh.

“Baik skala provinsi Papua Barat Daya dan tentunya wilayah-wilayah lain di Indomaret yang menjadi destinasi bagi kapal-kapal wisata yang tentunya membutuhkan sistem labuh tambat yang baik,” pungkas Absalom.

Baca juga: “Mooring System” Terpasang di Raja Ampat, Pemprov Terapkan Retribusi

Berdasarkan pantauan Kompas.com, sebanyak satu kapal feri dengan 28 Gross Tonnage (GT) untuk pertama kalinya mencoba salah satu mooring system di dekat Pulau Mioskon.

Kapal berkelir putih dan biru itu hendak merapat ke mooring system berwarna oranye.

Tak berselang lama, satu speed boat putih dari kapal feri ini muncul. Dua awak speed boat pun mengambilkan tali tambang berwarna biru lalu ditambatkan ke mooring system.

Setelah berhasil, salah satu awak yang berada di kapal feri langsung mengibarkan bendera merah putih sebagai tanda mooring system telah diresmikan.

Adapun sebanyak dua pelampung tambat labuh atau mooring system akhirnya terpasang di kawasan konservasi perairan Raja Ampat, Papua Barat Daya, Jumat (7/6/2024).

Dua mooring system seberat 430 kilogram itu berada tepat di perairan Friwen dan Mioskon untuk mencegah kerusakan terumbu karang dari jangkar kapal pinisi serta pesiar.

Program Raja Ampat Mooring System (RAMS) ini merupakan tambat labuh pertama di Indonesia yang dijadikan sebagai proyek percobaan selama enam bulan ke depan.

Baca juga: Kisah Warga Raja Ampat, Jaga Terumbu Karang di Tengah Ancaman Bom Ikan

“Kita baru mulai dua (mooring system). Ini menandai langkah baru untuk perlindungan, pengamanan, dan pengelolaan ekosistem laut,” kata Papua Program Director Konservasi Indonesia (KI) Roberth Mandosir di Raja Ampat, Papua Barat Daya, Jumat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com