BANGKA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan para peserta Ijtima Ulama akan kehendak Allah SWT sebagai yang maha tinggi.
Dari kehendak Allah tersebut, makhluk hidup mengikuti jalan hidupnya masing-masing. Salah satu yang tidak bisa ditawar-tawar yakni soal dari siapa dan di mana manusia dilahirkan.
"Kita enggak bisa milih. Pak gubernur lahirnya di Aceh, tapi sekarang jadi gubernur di Bangka Belitung. Saya milih lahirnya di Bangka gak bisa," kata Ma'ruf saat memberi sambutan Ijtima Ulama di Pesantren Bahrul Ulum, Kamis (30/5/2024).
Baca juga: Ijtima Ulama di Bangka, Wapres Tekankan 4 Manhaj Atasi Masalah Bangsa
Ma'ruf pun melemparkan gurauan bahwa seandainya bisa memilih lahir dari siapa, maka dia akan memilih menjadi anak presiden.
"Kita tidak bisa milih siapa bapaknya, siapa ibunya. Kalau bisa milih, saya pengin jadi anak presiden. Tapi gak bisa," seloroh Ma'ruf.
Ketentuan lain yang tidak bisa dipilih, sambung Ma'ruf, bentuk fisik seperti berkulit putih atau berhidung mancung.
Baca juga: Wapres Harap Layanan Fast Track dan Kuota Jemaah Haji Indonesia Ditambah Lagi
Ma'ruf juga menyampaikan adanya takdir bagi dirinya karena bisa menjadi wakil presiden. Bahkan jabatan wapres, kata Ma'ruf, baru pertama kali berasal dari ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Di sisi lain, Ma'ruf mengatakan, ada hal yang tidak dipaksakan Allah atas hambanya. Artinya umat manusia bisa menentukan pilihan sendiri. Yakni terkait keimanan dan berikhtiar.
"Apakah kamu mau memaksa orang, suruh beriman semua, kata Allah jangan, iman tidak boleh dipaksa. Allah tidak mau memaksa. Allah bisa [membuat manusia] seperti malaikat semua. Malaikat itu beriman semua, taat semua, malaikat tidak pernah ada yang maksiat kepada Allah,” tutur Wapres.
“Di dalam masalah memilih jalan hidup, Allah tidak memaksa, supaya manusia dalam memilih beriman itu dengan ikhtiar. Supaya apa? Supaya manusia datang kepada Allah, kepada Tuhan-Nya, dengan ketaatan yang [merupakan] pilihannya sendiri. Supaya datang kepada Tuhan-Nya dengan ketaatan yang berdasarkan kecintaan,” tambahnya.
Dari penggalan kisah tersebut, tutur Wapres, dapat dipahami bahwa tugas para ulama adalah berdakwah untuk menyampaikan kebenaran.
Adapun hasilnya, Allah-lah yang akan menentukan. Sehingga, apabila hasil dakwahnya belum menuai hasil maksimal, para ulama tidak boleh berputus asa apalagi lari dari tanggung jawab.
"Supaya konsisten di dalam menjalankan tugas-tugas keulamaan, jangan sampai ada ulama melepaskan diri daripada garis-garis tanggung jawab," tegas Wapres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.