PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Sebanyak 40 warga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tewas diserang buaya dalam lima tahun terakhir.
Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Babel menilai, hal tersebut sebagai dampak dari kerusakan lingkungan akibat penambangan bijih timah ilegal.
"Konflik antara manusia dan buaya dalam lima tahun terakhir ini meningkat karena kerusakan lingkungan."
Demikian kata Tim Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Babel, Bayu Nanda saat menjadi pembicara pada Diskusi Publik Konflik Buaya dan Manusia di Pangkalpinang, Rabu (28/2/2024).
Baca juga: Warga Aceh Tamiang Tangkap Buaya Sepanjang 3 Meter
Bayu Nanda mengatakan, hasil penelitian yang dilakukan Garda Animilia, dalam lima tahun terakhir tercatat ada 154 kasus konflik antara buaya dan manusia.
Rinciannya, 48 penangkapan buaya, 66 serangan buaya nonfatal, dan 40 serangan buaya mengakibatkan korban tewas.
Peristiwa tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang.
"Itu angka kasus konflik buaya dan manusia hanya yang terdata dan terekspos di media massa, sementara yang tidak terdata sangat banyak sekali," kata Bayu Nanda.
Bayu Nanda menyatakan, ada banyak kasus serangan buaya ini yang tidak terdata, karena keluarga korban tidak mau mengeksposnya ke publik.
Baca juga: Indonesia Peringkat 1 Konflik Buaya dan Manusia, Penambangan Rusak Sungai
"Dalam pekan ini setidaknya kami bertemu tiga korban serangan buaya ini, dan dari tiga korban tersebut hanya satu yang terdata, sementara dua lainnya tidak terdata," kata Bayu Nanda.
Menurut Bayu Nanda, konflik buaya dan manusia di wilayah ini terjadi karena kerusakan lingkungan habitat buaya di sungai, dan hutan mangrove akibat penambangan bijih timah ilegal.
Selain itu, ketersediaan makanan seperti ikan di sungai untuk makanan buaya, semakin berkurang dampak dari kerusakan lingkungan tersebut.
"Kerusakan lingkungan dampak penambangan bijih timah ilegal ini mengakibatkan tempat buaya berkembang biak dan mencari makan semakin berkurang, sehingga buaya ini masuk ke pemukiman warga," kata Bayu Nanda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.