KOMPAS.com - Penjabat Bupati Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) Adrianus Firminus Parera menanggapi jumlah kematian ternak babi yang terus bertambah selama sebulan terakhir.
Dinas Pertanian Kabupaten Sikka melaporkan, sepanjang tahun 2024, jumlah ternak babi yang mati akibat terserang penyakit flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sebanyak 74 ekor.
Adrianus menjelaskan, berdasarkan hasil investigasi, diperoleh informasi bahwa beberapa kejadian kematian ternak babi ini dipicu oleh peredaran daging dari ternak babi yang sakit.
Oleh sebab itu perlu kerja sama seluruh komponen untuk melakukan upaya pengendalian penyebaran ASF.
Baca juga: Antisipasi ASF, Pemkab Flores Timur Perkuat Pengawasan Lalu Lintas Babi
Dia melarang ternak maupun olahah daging babi masuk maupun keluar dari wilayah Kabupaten Sikka.
"Setiap orang atau peternak dilarang untuk memasukan dan atau mengeluarkan ternak babi, daging babi, serta semua produk olahan daging babi ke dan dari wilayah Kabupaten Sikka," ujar Adrianus dalam keterangannya, Senin (5/2/2024).
Dia mengimbau tidak memberi pakan yang mengandung bahan asal dari babi, seperti darah babi, tulang, limbah cucian daging babi dan lain sebagainya.
Pakan yang mengandung limbah dapur harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih sebelum diberikan kepada ternak babi.
Kemudian, isolasi atau pisahkan babi yang baru masuk selama paling sedikit 30 hari sebelum digabung dengan babi yang lama.
Baca juga: 59 Ekor Babi di Sikka Mati Mendadak akibat Terserang Virus ASF
Adrianus juga menjelaskan bahwa perkawinan dapat berisiko menularkan penyakit.
Sebaiknya peternak harus memiliki pejantan sendiri atau mengawinkan dengan pejantan yang berasal dari kandang atau peternakan babi yang sehat.
"Pasar hewan juga merupakan salah satu tempat yang berpotensi terjadinya penularan penyakit hewan termasuk babi," kata dia.
Adrianus melanjutkan, apabila ada ternak sakit, segera dipisahkan atau diisolasi dan dilakukan sterilisasi kandang dan peralatannya.
Dahulukan menangani ternak yang sehat seperti memberi pakan atau membersihkan kandang dan peralatannya.
Batasi pengunjung serta pastikan bahwa perlengkapan atau peralatan dan lain sebagainya yang masuk ke kandang harus bersih sehingga mengurangi potensi penyebaran penyakit.