KUPANG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapat sumbangan tiga unit Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) atau alat pendeteksi virus penyakit demam babi afrika (ASF) dari Pemerintah Australia.
Dalam sambutannya Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pemerintah Australia atas bantuan alat pendeteksi virus ASF itu.
"Atas nama masyarakat dan Pemerintah Provinsi NTT saya menyampaikan limpah terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Australia karena melalui Program Australia Indonesia Patnership For Promoting Rural Incomes Through Support for Markets in Agriculture (PRISMA) dan Program Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) yang pada hari ini menyerahkan tiga alat pendeteksi virus ASF," kata Josef, Selasa (7/2/2023).
Baca juga: 16 Ternak Babi di Kabupaten TTU Mati Mendadak, 8 di Antaranya Positif ASF
Josef menyebutkan, NTT memiliki kekayaan yang besar di bidang kemaritiman, potensi kelautannya.
Selain itu juga kekayaan di bidang pertanian dan peternakan seperti sapi, kerbau, kuda, babi, dan ayam.
Semua ini tentu di dukung oleh iklim serta kondisi geografis yang cocok.
Baca juga: Ratusan Babi Mati karena ASF di NTT, Disnak Siapkan 39.200 Liter Disinfektan
"Selain itu juga, beternak merupakan salah satu budaya yang sudah diwariskan oleh para leluhur, yang merupakan salah satu sumber mata pencarian dalam pemenuhan ekonomi sehari-hari. Alat ini tentu akan sangat dibutuhkan karena akan sangat membantu para peternak babi dalam mendeteksi virus ASF," kata Beliau.
Josef berharap, kehadiran alat ini dapat mendukung Pemerintah Provinsi NTT dalam upaya pemulihan sektor peternakan khususnya peternak babi di NTT.
Diagnosis dapat dilakukan lebih cepat, sehingga pengendalian segera dilakukan.
"Alat ini dapat mengobati keresahan masyarakat akan keganasan virus yang dapat melumpuhkan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat peternak babi ini dan sebaliknya dapat menumbuhkan kembali perekonomian masyarakat yang terlibat dalam perdagangan ternak dan produk turunan lainnya," ujar dia.
Josef menjelaskan, akhir-akhir ini banyak masyarakat yag resah khususnya bagi masyarakat peternak babi di NTT akibat mulai merebaknya lagi virus ASF.
Pada awal tahun 2023 ini Provinsi NTT kembali merasakan wabah baru virus ASF ini dan menjadikan daerah NTT sebagai daerah yang paling terdampak di Indonesia, baik secara ekonomi maupun budayanya.
Pada tempat yang sama Perwakilan dari Departement Of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia, Lulu Wardhani merasa senang bisa hadir di kegiatan penyerahan LAMP.
"Kami mendengar kasus kematian babi meningkat lagi. Kami berharap tiga alat yang akan didistribusikan melalui program ini di pulau Timor, Flores, dan Sumba akan bermanfaat bagi petani dan pihak-pihak yang terlibat dalam sektor peternakan babi di NTT," kata Lulu.
Baca juga: 5 Babi di Sikka Positif ASF, Bupati: Awasi Aktivitas Masuk dan Keluar Babi