KOMPAS.com - David (17) sedang mengikuti kelas vokasi membatik pada Kamis (2/11/2023) siang. Ia tampak semangat memukul daun pada tas jinjing berwarna putih.
Aktivitas memukul itu dilakukan agar warna daun menempel di tas putih secara alami. Teknik yang dilakukan David ini dikenal dengan ecoprint.
David adalah siswa dengan hambatan belajar rungu wicara. Saat ini, ia duduk di bangku kelas tiga SMA-LB Sumbawa.
"Saya senang bisa belajar aneka keterampilan di sekolah. Ternyata keterbatasan tidak pernah menembus batas," kata David dengan gerakan bahasa isyarat yang cukup cepat.
Baca juga: Kegigihan Orangtua Rawat Anak Disabilitas: Apakah Anak Saya Masih Punya Mimpi?
Kini David sudah lancar menggunakan bahasa isyarat. Ia tidak kesulitan lagi berkomunikasi. Padahal ia sempat kesulitan belajar bahasa.
David awalnya menempuh pendidikan dasar di MI Ai Nunuk di Desa Serading. Tentu saat SD ia belum bisa berbahasa sibi.
Setelah lulus, ia baru masuk asrama SLBN 1 Sumbawa dan melanjutkan pendidikan sesuai apa yang diinginkan.
Bakat membatik, menenun, menjahit, membuat aneka pernak pernik suvenir dan kriya dari barang bekas sudah dimiliki David sejak di bangku SMP-LB.
Akhirnya berkat keterampilan itu, ia bisa mendapat penghasilan di tengah kesibukan sebagai seorang pelajar.
Di sisi lain, keterbatasan tidak menghalangi David berprestasi. Ia sering mendapat juara lomba dari tingkat provinsi hingga nasional di berbagai bidang keterampilan.
Bahkan kelas tata busana dan membatik didampingi ibu Ria ini, David dan empat temannya sering menerima pesanan baju batik dan busana pada kegiatan tertentu.
"Saat gerak jalan 17 Agustus 2023, kami rancang kostum bagi regu siswi SMKN 1 Sumbawa, tentu kami bangga karena kostum buatan jadi dilirik banyak peminat," kata ibu Ria.
Baca juga: Akhirnya, Keluarga Miskin Penyandang Disabilitas Intelektual di Blitar Terima Bantuan Pemerintah
David juga menjahit kursi bersama teman-teman yang dipamerkan di ruang kepala sekolah. Tentu bahan utama kursi terbuat dari bahan bekas daur ulang.
David adalah siswa kurang mampu, ia bisa sekolah karena mendapat beasiswa. Orangtua David bangga dengan prestasi dan mendukung anaknya melanjutkan sekolah.
Hal yang sama dirasakan Kayla (16), siswa dengan hambatan belajar wicara ini sedang mengulen adonan roti.