LEBAK, KOMPAS.com - Kemarau panjang melanda sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di pemukiman suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Kepala Desa Kanekes, Saija, mengatakan sudah sekitar empat bulan hujan tidak turun di Kanekes.
Alhasil mempengaruhi aktivitas bertani termasuk menanam padi, yang menjadi mata pencarian utama warga Baduy.
Baca juga: Pj Gubernur Banten Bakal Bantu Warga Baduy Hapus Sinyal Internet dari Wilayahnya
Saat kemarau, menanam padi di Baduy tetap dilakukan sesuai kalender adat, walaupun hasilnya diperkirakan kurang maksimal karena tidak turun hujan.
Namun demikian, menurut Saija, hal tersebut tidak membuat warga Baduy khawatir terhadap persediaan beras, karena seluruh warga Baduy punya cadangan hingga ratusan tahun.
"Kami menyimpan padi di leuit (lumbung) setiap warga minimal punya satu, dan satu leuit bisa mencukupi hingga 100 tahun," kata Saija kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (19/9/2023).
Padi yang disimpan di leuit bisa bertahan hingga ratusan tahun tanpa rusak. Hal ini, kata Saija, karena padi yang ditanam oleh warga Baduy merupakan padi huma tanpa pupuk dan bahan kimia lain.
"Jadi padinya awet, asal jangan bocor saja leuitnya," kata dia.
Baca juga: Kemarau Panjang, 78 Hektar Lahan Pertanian di Kabupaten Semarang Rusak
Satu leuit yang kecil bisa menampung hingga 500 ikat padi, sementara leuit besar bisa ribuan ikat dengan masa waktu simpan bisa lebih lama.