SUMBAWA, KOMPAS.com - Sebanyak 71.653 jiwa di 42 desa yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), terdampak kekeringan pada puncak musim kemarau tahu ini. Akibatnya, mereka kesulitan mendapatkan air bersih.
Sementara itu, penyaluran air bersih oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengalami kendala akibat kondisi geografis.
"Penyaluran air bersih terkendala akses geografis yaitu jarak yang cukup jauh antardesa dan kecamatan," kata Kepala BPBD Kabupaten Sumbawa Muhammad Nurhidayat saat dikonfirmasi, Jumat (8/9/2023).
Baca juga: Kekeringan Parah di Labuhan Ijuk Sumbawa, Air Minum Dibeli dan Mandi dengan Air Asin
Menurutnya, warga yang terdampak krisis air tersebar dari ujung timur hingga ujung barat Kabupaten Sumbawa, terparah di pesisir utara.
Sedangkan, total ada 24 kecamatan di Kabupaten Sumbawa dengan letak yang cukup jauh dan luas sehingga tidak mudah diakses.
Baca juga: 3 ASN di Sumbawa Barat Terancam Dipecat karena Jarang Masuk Kantor
Dari hasil pemetaan, total kebutuhan air bersih yang dibutuhkan warga sebanyak 4.602.176 liter dalam kurun waktu satu bulan ini.
"Saat ini kami sudah banyak menerima permintaan dari kepala desa dan camat untuk penyaluran air bersih tetapi masih keterbatasan anggaran," sebut Nurhidayat.
Kekeringan, kata Nurhidayat, terjadi sejak bulan April. Kini, dampak kekeringan semakin luas karena banyak sumur mengering dan debit mata air yang berkurang drastis.
Berdasarkan data BMKG, untuk wilayah Kabupaten Sumbawa hingga kini sudah 83 hari tidak turun hujan. Sementara musim kemarau diprediksi sampai Oktober.
Nurhidayat menekankan kepada masyarakat untuk selalu bijak dan berhemat dalam menggunakan air bersih.
"Kami minta masyarakat selalu bersabar karena pemerintah akan berupaya untuk penyaluran air bersih bagi masyarakat terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih," ujarnya.
Kepala Dusun Labuhan Ujung, Desa Brang Kolon, Kecamatan Plampang, Gunawan mengatakan, sumber air bersih dari sumur warga mulai mengering. Kebutuhan cuci kakus warga menggunakan air laut.
Selain itu, warga membeli air galon untuk kebutuhan air bersih setiap hari.
"Kami beli air galon sekitar 10.000 per hari. Kami berharap pemerintah daerah melalui BPBD maupun kepolisian segera bantu penyaluran air bersih bagi warga yang terdampak," harap Gunawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.