PADANG, KOMPAS.com - Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menyampaikan rasa belasungkawanya atas meninggalkan pelajar asal Sumbar, Josi Putri Cahyani di Jepang, Selasa (22/8/2023).
"Kita ikut berduka cita atas meninggalnya salah seorang pelajar asal Sumbar di Jepang," kata Mahyeldi dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Jumat (25/8/2023).
Mahyeldi meminta agar Pemerintah Republik Indonesia memastikan penyebab meninggalnya pelajar tersebut agar masyarakat Sumbar dan keluarga mendapat kepastian.
Baca juga: Ibu Pelajar yang Tewas di Jepang Minta Jenazah Anaknya Dimakamkan di Padang Pariaman
"Kita minta Pemerintah Indonesia memastikannya. Ini berkaitan dengan keluarga dan masyarakat," jelas Mahyeldi.
Mahyeldi berharap keluarga yang ditinggalkan dapat bersabar atas musibah yang terjadi.
Sebelumnya diberitakan, Josi Putri Cahyani, pelajar asal Sumatera Barat, ditemukan tewas di sebuah apartemen di Kota Maebashi, Prefektur Gunma, Jepang, Selasa (22/8/2023). Josi sebelumnya hilang kontak dengan keluarga sejak pertengahan Agustus 2023.
"Informasi yang sejauh ini kami terima dari Kepolisian Gunma adalah bahwa memang benar jenazah yang ditemukan adalah jenazah WNI atas nama Josi Putri Cahyani,” kata Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Tokyo Titik Hamzah kepada Antara di Tokyo, Kamis (24/8/2023).
Ibu kandung Josi, Dasmawati (42) yang berasal dari Padang Pariaman, Sumatera Barat, meminta keadilan atas tewasnya anak pertamanya itu.
"Saya minta keadilan. Saya harap pemerintah Indonesia dan Jepang memberi keadilan bagi anak saya," kata Daswati yang dihubungi Kompas.com melalui telepon WhatsApp, Jumat (25/8/2023).
Dasmawati mengatakan, sebelum ditemukan meninggal dunia, Josi telah menghubungi dirinya dan mengatakan diancam oleh seseorang bernama Kajimura.
"Josi menelpon saya beberapa hari sebelum kejadian dan mengatakan diancam laki-laki itu (Kajimura-red)," kata Dasmawati yang saat ini sedang berada di Kuala Lumpur, Malaysia.
Baca juga: Kemenlu: Terduga Pembunuh WNI di Jepang Ditangkap di Stasiun Kereta
Menurut Dasmawati, ancaman itu terkait Josi yang juga bekerja sambil sekolah sehingga dinggap melanggar peraturan dan harus dideportasi.
Perihal ancaman itu, kata Dasmawati juga pernah terjadi pada pihak sekolah Josi di Jepang.
"Ada seseorang tak dikenal menelpon pihak sekolah Josi di Jepang yang memberitahu Josi bekerja sambil sekolah dan melanggar peraturan disana dan harus dideportasi," kata Dasmawati.
Dengan adanya serangkaian peristiwa itu, Dasmawati memiliki feeling anak pertamanya itu dibunuh.
"Feeling saya, Josi dibunuh. Untuk itu saya minta keadilan. Pelaku harus ditangkap dan dihukum seberat-beratnya," kata Dasmawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.