SIKKA, KOMPAS.com - Jumlah balita stunting di Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir. Padahal, daerah tersebut dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras dan ikan.
Kepala Desa Reroroja, Florida Yosefina Ndena menyebutkan, hingga pertengahan Agustus 2023, jumlah balita stunting di wilayahnya mencapai 37 orang.
"Angka ini naik dari Februari 2023, dari 12 orang sekarang sudah naik 37 balita. Bertambah 25 orang," ujar Yosefina saat ditemui Kompas.com, Jumat (18/8/2023).
Baca juga: 80 KK di Gera NTT Belum Memiliki Jamban, BAB Masih Nebeng di Tetangga
Yosefina menyayangkan kondisi tersebut, apalagi wilayahnya dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras dan ikan.
Menurutnya, salah satu faktor pemicu bertambahnya jumlah balita stunting adalah kesadaran orangtua, khususnya ibu atau istri. Selain malas memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan, juga pola makan yang tidak teratur.
"Ikan di sini tidak susah, beras, buah juga begitu. Tapi ibu-ibu di sini lebih memilih konsumsi makanan siap saji," katanya.
Baca juga: Gubernur Viktor Klaim Angka Stunting di NTT Turun Drastis Selama Pemerintahannya
Yosefina berujar, pemerintah kabupaten telah berupaya melakukan penanganan stunting melalui program pemberian makanan tambahan (PMT).
Program ini melibatkan kader di setiap desa. Namun keterlibatan orangtua sangat rendah.
"Bayangkan kader sudah masak makanan yang bergizi, tapi orangtua malah tidak datang ambil. Ini yang sangat saya sesali," katanya.
Yosefina berencana membuat peraturan desa yang mewajibkan setiap ibu hamil memeriksa kesehatan secara rutin. Selain itu mengatur pola makanan yang sehat. Dengan begitu, masalah stunting bisa diatasi.
"Sekarang aturannya sedang kita godok bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan juga akan melibatkan pihak lain untuk kita diskusikan secara bersama," pungkasnya.
Berdasarkan data Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Sikka, jumlah balita stunting di kabupaten itu sebanyak 2.986 anak atau 13 persen.
Kepala P2KBP3A Sikka Petrus Herlemus menyatakan, angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3.174 orang atau 13,8 persen.
"Terkait stunting, posisi validasi terakhir itu di angka 13,0 persen. Kita turun dari 13,8 persen ke 13,0 persen atau 2.986 balita. Angka ini berdasarkan hasil pengukuran pada Februari 2023," ujar Petrus di Maumere, Selasa (1/8/2023).
Kendati mengalami penurunan, lanjut Petrus, angka ini masih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya peran ayah atau suami dalam keluarga.
"Sebenarnya stunting ini soal kualitas keluarga, dan yang paling penting peran suami untuk memastikan gizi anak. Kadang anak sudah stunting, istri kurus, tinggi, dan langsing," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.