KUPANG, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat mengeklaim, angka stunting di wilayahnya turun drastis dalam lima tahun kepemimpinannya.
Viktor menyampaikan hal itu, saat berpidato menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia, di Aula El Tari komplek Kantor Gubernur NTT, Rabu (16/8/2023)
"Persentasi stunting selama lima tahun berturut-turut mulai tahun 2018 sampai 2023, menunjukan tren penurunan yang besar," kata Viktor.
Viktor menjelaskan, pada 2018 prevalensi stunting 35,4 persen atau sebanyak 81.343 anak stunting.
Baca juga: Bupati: Sebagian Besar Penyebab Stunting di Banyuwangi karena Salah Pola Asuh
Angka itu kata dia, menurun tajam pada pengukuran Februari 2023, yakni 15,7 persen atau 67.518 anak stunting.
"Hal ini membuktikan bahwa pendekatan pencegahan dan penanganan stunting secara konvergensi melalui intervensi spesifik dan intensif berjalan efektif," ujar Viktor.
Menurut Viktor, penurunan stunting secara signifikan ini, tidak lepas dari kebijakan Pemerintah Provinsi untuk menggunakan aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM).
Baca juga: Alasan 6 Komodo dari Bogor Dilepasliarkan di Kawasan Cagar Alam Wae Wuul NTT
Aplikasi itu, untuk menangani stunting by name dan by adress. Pemerintah NTT menolak menggunakan Survey Status Gizi Indonesia (SGSI).
Pemerintah Provinsi NTT lanjut Viktor, telah melayangkan protes kepada Menteri Kesehatan tentang penggunaan pengukuran stunting dengan metode SGSI.
"Protes kita itu ditanggapi dan Kementerian Kesehatan telah menyetujui penggunaan Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat, untuk menilai perkembangan stunting di NTT, sebagai pengecualiannya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.