JAMBI, KOMPAS.com – Setelah 74 tahun Indonesia merdeka, Desa Rantau Kermas, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Jambi yang berada di daerah perbatasan dengan Provinsi Bengkulu baru menikmati listrik.
Selama puluhan tahun masyarakat berjuang menjaga hutan adat Kara Jayo Tuo, yang mengelilingi desa.
Atas dedikasi menjaga hutan yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), mereka menerima kuncuran dana dari bank dunia, untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada 2018.
“Dulu PLN tidak ada, setelah kami punya PLTMH mereka masuk, pasang tiang listrik dan kabel. Saya tetap pasang untuk jaga-jaga,” kata Pelanggan PLTMH, Mira Wati di rumahnya, Senin (24/7/2023).
Baca juga: Kini, Ribuan Warga Cianjur Bisa Nikmati Listrik Gratis
Ia menuturkan memang tidak banyak warga yang tertarik memasang listrik negara.
Tidak hanya khawatir sering mati lampu, tingkat ekonomi warga yang beragam menjadi alasan mereka memilih PLTMH.
Perempuan 39 tahun ini mengatakan, tarif listrik yang harus dibayar setiap bulan menjadi pertimbangan utama warga, untuk tidak beralih ke listrik negara.
Perbandingannya, kata dia, sangat siginifikan, dengan pemakaian yang sama.
PLTMH hanya memungut iuran Rp 50.000 per bulan. Sementara PLN bisa mencapai angka Rp 150.000 sampai Rp 200.000.
“Bedanya memang jauh berkali-kali lipat. Belum lagi ada kebiasaan pemadaman bergilir. Itu yang membuat warga keberatan memasang PLN,” kata Mira.
Dia memasang sambungan PLN memang untuk berjaga-jaga, apabila suatu saat PLTMH mengalami kerusakan permanen.
Baca juga: Warga Pulau Pangkil Tak Bisa Nikmati Listrik 24 Jam Penuh, Gubernur Kepri Datangi PLN
Sudah puluhan tahun PLN tidak masuk ke desa ini, sehingga dulu ibu-ibu mencuci pakaian ke sungai dan membutuhkan waktu satu sampai dua hari untuk menjemur pakaian, itu pun masih tergantung sinar mentari.
Sekarang setelah ada PLTMH dengan mesin cuci, mereka tidak repot ke sungai, hanya membutuhkan waktu dua jam, baju bisa langsung dipakai.
Dulu, untuk menanak nasi masih bergantung kayu bakar, sekarang sudah ada penanak nasi elektrik.
Untuk mengawetkan daging terpaksa dipanggang di perapian dapur. Lalu mengawetkan cabai harus ditaruh di loteng rumah.
Sekarang masalah itu beres dengan kulkas. Warga Desa Rantau Kermas pun merdeka dari kegelapan.
“Kalau rumah warga itu bayar. Tapi tarifnya murah sekali. Fasilitas umum desa semuanya gratis,” kata Mira.