LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Komodo merupakan salah satu satwa kebanggaan nasional. Komodo menjadi satwa endemik karena hanya ada di Indonesia, yakni di bagian barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selama ini, publik mengetahui komodo hanya hidup di kawasan Taman Nasional Komodo. Namun, ternyata komodo juga hidup di beberapa kawasan konservasi di Pulau Flores.
"Populasi komodo tidak hanya terkonsentrasi pada wilayah Taman Nasional Komodo (TNK) di Manggarai Barat, yakni Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Gilimotang dan Pulau Nusa Kode, namun sebenarnya juga dapat ditemukan pada kawasan hutan konservasi di luar TNK yakni di Cagar Alam Wae Wuul, Cagar Alam Wolo Thado, Cagar Alam Riung dan Taman Wisata Laut 17 Pulau Riung," jelas Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTT Arief Mahmud dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (7/8/2023).
Baca juga: BKSDA Sebut Ada Komodo yang Hidup di Luar Kawasan Konservasi
Ia melanjutkan, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan pada 2022, site occupancy komodo di Cagar Alam Wae Wuul adalah 0,58, yang artinya sekitar 58 persen luas wilayah lokasi kajian dihuni oleh komodo.
Site occupancy komodo di Pulau Ontoloe, TWAL Tujuh Belas Pulau Riung adalah 0,68; di Torong Padang 0,44, di Pota 0,26 serta di Pulau Longos sekitar 0,49.
Baca juga: Penjelasan BKSDA soal Komodo yang Melintas di Jalan Golo Mori Labuan Bajo
"Pada lokasi yang sudah diketahui merupakan habitat komodo, masyarakat setempat sudah terbiasa berinteraksi baik pada areal kebun, hutan bahkan di Pota (Manggarai Timur) dan Riung (Ngada) komodo pernah dilaporkan memasuki wilayah permukiman," katanya.
Arief mengatakan, upaya pengelolaan yang dilakukan pada habitat dan populasi komodo di dalam kawasan konservasi (cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam) antara lain, pengamanan kawasan melalui patroli rutin bersama masyarakat untuk meminimalisasi terjadinya gangguan, antara lain aktivitas perburuan satwa mangsa komodo, kebakaran hutan serta gangguan lain untuk memastikan habitat mampu mendukung kehidupan populasi komodo yang seimbang.
Kemudian, monitoring secara reguler untuk memantau dinamika populasi.
"Bekerja bersama masyarakat setempat (misalnya Suku Baar di Riung) untuk meminimalisasi tekanan terhadap kawasan dan melakukan penegakan hukum terhadap tindak pidana kehutanan yang dilakukan di dalam kawasan konservasi," terang Arief.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.