SEMARANG, KOMPAS.com - Tradisi Kungkum 1 Suro di Tugu Soeharto, Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) mulai dipadati warga.
Bubur Suro yang merupakan makanan khas saat acara Suronan juga dihidangkan pada perayaan tahun ini.
Lurah Bendan Duwur, RBAS Wahyu Mahardi mengatakan, Bubur Suro merupakan makanan yang hanya bisa ditemui ketika peringatan Tradisi Kungkum 1 Suro di Bendan Duwur.
Baca juga: Bubur Suro: Sejarah, Makna, dan Resep
"Ini bubur hanya ada ketika malam Suro. Satu tahun satu kali," jelasnya saat ditemui di lokasi acara, Selasa (18/7/2023).
Dia menjelaskan, tradisi malam 1 Suro memang sudah dilakukan setiap tahun. Jika dia lihat, masyarakat juga banyak yang berantusias pada perayaan malam 1 Suro tahun ini.
"Ini sudah mulai banyak dari luar kota juga ada. Nanti malam akan semakin rame," kata dia
Mengacu pada beberapa tahun sebelumnya, warga yang datang ke Tugu Soeharto bisa mencapai 4.000 pengunjung. Acara malam 1 Suro tersebut diklaim dapat meningkatkan perekonomian warga.
"Makanya ini warga pada buka tempat jualan," paparnya.
Untuk sementara, Jalan Gunung Talang ditutup sementara mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai. Selain Bubur Suro, juga ada tradisi kungkum di Sungai Kaligarang.
Baca juga: Bubur Suro, Sajian Wajib Saat Tahun Baru Islam di Tanah Jawa
"Nanti sampai tengah malam ada orang kungkum," imbuh dia.
Sementara itu, Fitroh (25) salah satu pengunjung dari Cirebon, Jawa Barat mengaku sengaja datang ke Tugu Soeharto karena penasaran. Dia juga mengajak temannya untuk menghadiri acara tersebut.
"Kalau di tempat saya tidak ada seperti ini," ucapnya.
Lebih lanjut, RBAS Wahyu Mahardi menambahkan, Bubur Suro merupakan lambang rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh.
“Katanya Bubur Suro ini sudah ada sejak jaman Sultan Agung, Bubur Suro ini mempunyai arti berkah dan reziki," kata dia.
Baca juga: Yuk Intip Pembuatan Bubur Suro, Sajian Khas Ramadhan dari Palembang
Bubur Suro terdiri dari bubur halus yang terbuat dari campuran beras, garam, dan air. Jika bubur yang disajikan di Tugu Soeharto ditambahkan telur dan ayam yang disajikan dengan kuah santan.
"Kalau di daerah lain berbeda-beda, ada yang pakai tahu, tempe, telur dan lainnya," paparnya.
Menurutnya, Bubur Suro memiliki cita rasa yang berbeda. Racikan Bubur Suro juga dipadukan dengan lidah dan kesukaan warga lokal.
"Jadi memang beda-beda campurannya. Tapi bubur ini hanya ada satu tahun satu kali," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.