KOMPAS.com - Pengendara yang tengah melewati jalan Jogja-Solo pasti akrab dengan penanda cerobong asap dari Pabrik Gula Gondang Winangoen yang terlihat dari kejauhan.
Lokasi Pabrik Gula Gondang Winangoen (PG Gondang Winangoen) berada di pinggir jalan raya Jogja-Solo, tepatnya masuk ke dalam wilayah Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Baca juga: Mengapa di Jawa Banyak Pabrik Gula?
Pabrik gula yang sudah tidak aktif sejak 2017 ini sekarang masih dimanfaatkan menjadi kawasan agrowisata berbasis edukasi dan rekreasi.
Bahkan pada waktu tertentu seperti pada arus mudik lebaran, tempat ini sering kali dijadikan rest area para pengguna jalan yang ingin beristirahat di tengah perjalanan.
Di balik itu, Pabrik Gula Gondang Winangoen ternyata menyimpan sejarah kejayaan gula di wilayah Klaten.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Pabrik Gula Madukismo, dari Sejarah hingga Tradisi Manten Tebu
Dilansir dari laman Kemendikbud, Pabrik Gula Gondang Winangoen didirikan pada tahun 1860, saat indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda.
Pabrik gula ini adalah salah satu industri gula di bawah Perusahaan Klattensche Cultuur Maatschappij, anak perusahaan swasta dari Den Haag, Belanda yang bergerak di bidang industri dan eksploitasi budidaya tanaman export.
Baca juga: Polemik Pengiriman Lokomotif Pabrik Gula Berumur 100 Tahun ke Belanda untuk Direstorasi
Area perkebunan yang dikuasai meliputi perkebunan tebu yang berada di desa di dekatnya dan area emplasement Pabrik Gula Gondang Winangoen yang lokasinya tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Srowot, Klaten.
Pada tahun 1927, perusahaan ini juga mengoperasikan 8 pabrik gula terkemuka di Jawa, diantaranya adalah Sugar Estate Poendoeng di Yogyakarta, Sugar Estate Gondang Winangoen di Surakarta, Sugar Estates Delanggoe di Surakarta, Sugar Estate Mojo Sragen di Surakarta, Sugar Estate Kedung Banteng di Surakarta, dan Sugar Estates Tanjong Modjo di Kudus.
Masa kejayaan Pabrik Gula Gondang Winangoen membawa penghidupan yang baik bagi pekerjanya dengan gaji dan fasilitas yang memadai. Petani tebu juga mendapatkan penghasilan yang baik dari hasil penjualan tebu yang dipasok ke pabrik gula.
Terlebih pada pertengahan abad ke 18, Jawa disebut menjadi salah satu pemasok gula terbesar di dunia.
Dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi pekerja, kompleks pabrik gula ini juga dilengkapi dengan berbagai komponen bangunan pendukung.
Tak hanya bangunan pabrik, terdapat garasi, kantor pabrik, rumah administratur dan pimpinan pabrik, perumahan pegawai, gedung societet, tempat penimbunan ampas gilingan, timbangan tebu, bengkel angkutan, balai kesehatan, sarana ibadah, hingga sekolah.
Fasilitas transportasi juga dibangun lengkap, dari rel, lori, lokomotif, dan bengkel untuk memperbaiki fasilitas angkutan yang rusak sehingga tidak menghambat aktivitas pabrik yang sedang berlangsung.
Bahkan setelah Pabrik Gula Gondang Winangoen berhasil dinasionalisasikan pada tanggal 28 Desember 1957, hasil yang manis itu masih dirasakan pada masa kemerdekaan sampai tahun 1970-an.