KOMPAS.com - Wayang suket adalah wayang khas Purbalingga, yang dahulu menjadi permainan tradisional anak-anak.
Pencipta dan penemu wayang suket adalah Kasan Wikrama Tunut atau Mbah Gepuk.
Wayang suket telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda tingkat nasional pada 2020.
Keberadaan wayang suket tidak lepas dari peranan Mbah Gepuk, sebagai penemunya.
Mbah Gepuk lahir di Desa Wlahar, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga pada tahun 1905. Dia seorang petani juga seniman.
Dalam berkesenian, mbah Gepuk belajar sendiri mulai dari mengolah kayu hingga membuat wayang suket. Kemampuan seninya diperoleh secara alami.
Sebelum menekuni wayanng suket, Mbak Gepuk dikenal sebagai dalang ebeg atau seni kuda lumping atau kuda kepang.
Baca juga: Mengenang Masa Kecil Lewat Wayang Suket...
Mbah Gepuk juga memiliki kemampuan memainkan wayang golek atau mendalang.
Kemampuannya tersebut yang mendorong untuk membuat wayang dari tangannya sendiri.
Wayang suket merupakan karya dari perenungan panjang di ladang.
Dilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, wayang suket pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat melalui ajang Perkemahan Wira Karya Nasional (PWN) pada tahun 1990.
Perkemahan tersebut dilakukan di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Mbah Gepuk pada saat itu menjajakan wayang suket sebagai cendramata. Sejak saat itu, wayang suket dipamerkan di sejumlah kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Solo.
Nama "Gepuk" diambil dari proses pemukulan (gepuk, dalam bahasa Jawa) rumput sebelum dianyam menjadi wayang.
Banyak kolektor benda-benda seni yang mencari wayang suket.