SIKKA, KOMPAS.com - Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali mengirim 11 sampel otak anjing ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, Bali.
Belasan otak anjing itu akan diperiksa untuk memastikan apakah positif rabies atau tidak.
"Kita sudah kirim ke BBVet Denpasar pada Rabu (28/6/2023). Ada 11 sampel yang dikirim," ujar Koordinator Laboratorium Kesehatan Hewan, Ronal Makin saat dihubungi, Jumat (30/6/2023).
Baca juga: Koster: Targetnya, 2024 di Bali Tak Ada Warga Meninggal karena Rabies
Menurut Ronal, otak anjing harus dikirim ke Bali, karena di NTT belum memiliki laboratorium untuk pemeriksaan otak anjing.
Hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan BBVet Denpasar terhadap 11 sampel tersebut.
Kendati demikian, lanjut Ronal, selama sepekan terakhir belum ada penambahan kasus gigitan hewan penular rabies (HPR).
Kepala Dinas Kabupaten Sikka Yohanes Emil Satriawan menyebutkan, sejak Januari hingga 21 Juni 2023 ada 43 kasus gigitan anjing.
Berdasarkan hasil pemeriksaan BBVet Denpasar, 10 sampel otak anjing dinyatakan negatif rabies, 27 positif.
Baca juga: Lagi, Bocah di TTS Meninggal karena Rabies, Korban Menjadi 6 Orang
Satriawan berharap agar warga yang hewan peliharaan, seperti anjing, kera, dan kucing agar segera dikandangkan untuk mencegah penyebaran virus rabies.
Apalagi, ungkap Satriawan, Pemkab Sikka kehabisan stok vaksin HPR, sehingga pelaksaan vaksinasi dihentikan sementara.
"Kami imbau yang punya HPR segera dikandangkan, saat ini kita lagi berupaya untuk pengadaan vaksin," ujar Satriawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.