BREBES, KOMPAS.com - Sejumlah warga di Dusun Wangon, Desa Kubangsari, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah terpaksa menggunakan air keruh dari sebuah irigasi untuk kebutuhan rumah tangga.
Tak memiliki sumur, hingga debit mata air sumur bor menyusut di tengah musim kemarau membuat warga harus mengendapkan air keruh 3-5 hari agar bisa digunakan.
Warga Dusun Wangon, Desa Kubangsari, Manis (65) mengaku untuk bisa menggunakan dari instalasi air irigasi milik desa perlu diendapkan dalam drum mulai dari 3 hingga 5 hari karena keruh.
"Perlu didiamkan sampai bening baru bisa digunakan. Untuk jaga-jaga saya pakai 6 drum biar tidak sampai kehabisan," kata Manis kepada wartawan di Dusun Wangon, Senin (26/6/2023).
Baca juga: Kekeringan dan Krisis Air Bersih Meluas di Semarang, Kini Ada 4 RW yang Butuh Bantuan Air Bersih
Warga lainnya, Tarwad (54) menyebut setiap warga harus membayar untuk dapat air dari instalasi desa yaitu Rp 5.000 untuk 1.000 liter air.
"Dalam sebulan kalau musim kemarau sampai Rp 100.000. Tapi kalau pas musim hujan paling besar Rp 70 ribu. Satu kubik bayar Rp 5.000," ucap Tarwad.
Perangkat Desa Kubangsari, Ketanggungan, Erik Setiawan mengungkapkan Dusun Wangon memang tidak memiliki sumber air dan hampir semua rumah warga di dusun itu tidak memiliki sumur.
"Bahkan untuk keperluan konsumsi dan mandi, warga mengandalkan air hujan yang ditampung, dan kiriman air dari sumur bor yang berada di luar desa," kata Erik.
Erik menyebut jarak antara Dusun Wangon dan lokasi sumur bor lebih dari 2 kilometer. Air dari sumur bor itu kemudian disalurkan melalui pipa panjang hingga ke rumah warga.
Baca juga: Kekeringan Sudah Melanda Semarang, Warga Harus Antre Setiap Hari untuk Mendapat Air Bersih di Masjid
Sementara ketika musim hujan, tak sedikit warga menampung air yang jatuh dari langit ke tempat penampungan di setiap rumah.
Setelah diendapkan sekitar tiga hari, warga memanfaatkan air itu untuk semua keperluan seperti mencuci, mandi, bahkan konsumsi.
Saat musim kemarau tiba, seperti biasa warga kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan pasokan dari sumur bor yang dialirkan ke pipa debit airnya kini sedang menyusut.
Alhasil untuk memenuhi kebutuhan air, warga membuat instalasi resapan yang menggunakan air irigasi. Namun karena keruh, warga kerap mengeluh.
Bahkan air resapan debitnya tidak menentu tergantung ketersediaan dari sumber irigasi. Saat irigasi susut, pasokan ikut berkurang. Air yang sedikit itu tidak cukup untuk kebutuhan sekitar 2.000 warga di dusun itu.
"Memang ada beberapa sumber, tapi kalau kemarau debitnya mengecil. Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar 2000 orang," kata Erik.
Selama musim kemarau, warga lebih sedikit mendapat pasokan dari irigasi. Oleh karena itu, tidak sedikit warga yang mampu secara ekonomi lebih memilih membeli air dari pedagang keliling.
"Kalau orang golongan mampu banyak yang beli. Tapi yang ekonominya pas-pasan lebih suka mengendapkan air yang keruh itu. Karena saat kemarau ini mereka lebih banyak dapat pasokan dari sumber irigasi," pungkas Erik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.