KOMPAS.com – Kabupaten Bintan dikenal sebagai kawasan pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau. Kawasan ini terletak di lokasi yang strategis karena berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura. Tak heran, bila Bintan dijuluki “The Window of Indonesia”.
Bupati Bintan Roby Kurniawan menjelaskan, Kabupaten Bintan memiliki 272 pulau dengan wilayah yang terdiri dari 98 persen lautan dan 2 persen daratan. Dengan kondisi geografis seperti ini, perikanan menjadi salah satu sektor unggulan di Kabupaten Bintan.
Bahkan, sekitar 46,89 persen total ekspor perikanan Provinsi Riau ke Singapura dan Malaysia berasal dari Kabupaten Bintan.
Melihat potensi tersebut, pihaknya telah mengusulkan untuk dibangun pelabuhan atau tempat pelelangan ikan di Bintan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Pasalnya, tempat pelelangan ikan biasanya dilakukan di Singapura.
“Pemerintah setuju dengan usulan tersebut. Terlebih, keberadaan pelelangan ikan bisa memberikan efek domino ekonomi kepada masyarakat,” ujar Roby saat berkunjung ke kantor Kompas.com di Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Baca juga: BPH Migas Bahas Pemenuhan Ketersediaan BBM Wilayah 3T Kabupaten Bintan
Bupati milenial yang genap berusia 30 pada 2023 itu melanjutkan, hampir dari setengah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bintan berasal dari industri pengolahan.
Potensi tersebut ditunjang dengan pembagian kawasan khusus di Bintan, seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan Inti Halal Hub, Kawasan Industri Bintan Industrial Estate (BIE) Lobam, serta Kawasan Free Trade Zone (FTZ) Bintan.
Di kawasan FTZ sendiri, kata dia, terdapat spot wisata yang sudah terkenal, yakni Kawasan Wisata Lagoi. Terdapat juga kawasan untuk kelas menengah di Pantai Trikora.
“Bintan memiliki banyak potensi untuk terus dikembangkan. Bahkan, realisasi investasi Bintan juga cukup besar, yakni hampir Rp 26 triliun pada 2023,” tuturnya.
Meski wilayah yang ia pimpin dibekali segala potensi, Roby tak menampik bahwa pandami Covid-19 yang terjadi pada 2020 dan 2021 turut berdampak pada sektor pariwisata dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Bintan.
Roby mengatakan, jumlah wisata Bintan kala itu mengalami penurunan pada bulan ketiga awal pandemi Covid-19, yakni dari 1 juta wisatawan menjadi 80.000. Akibatnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bintan berkurang hingga Rp 200 miliar.
Baca juga: Coldplay Konser 4 Hari di Singapura, Sandiaga Bakal Buat Paket Wisata di Batam dan Bintan
Untuk mengatasi permasalahan itu, Roby yang memiliki latar sebagai pengusaha memahami bahwa peningkatan pendapatan masyarakat menjadi kunci untuk memulihkan ekonomi di Bintan selama Covid-19. Salah satunya melalui pengembangan UMKM. Seperti diketahui, UMKM sudah teruji menjadi penggerak pemulihan ekonomi nasional selama pandemi.
“Pemkab Bintan memiliki program bantuan stimulus tanpa bunga dengan plafon hingga Rp 30 juta. UMKM yang meminjam bantuan itu tidak perlu memikirkan bunga karena sudah ditanggung Pemkab Bintan,” kata bupati milenial itu.
Selain UMKM, Pemkab Bintan juga melakukan berbagai inovasi untuk mengentaskan pengangguran selama pandemi Covid-19. Salah satunya melalui program Penempatan Tenaga Kerja Lokal Terintegrasi (Pentalogi).
Melalui program itu, Pemkab Bintan bekerja sama dengan 20 perusahaan besar di Bintan untuk mengutamakan perekrutan tenaga kerja lokal.
Selain itu, Pemkab Bintan juga menjalankan program Lowongan Kerja Media Sosial (Lokmed). Melalui program ini, seluruh perusahaan di Bintan yang sedang membuka lowongan pekerjaan wajib mempostingnya di media sosial Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Bintan.
Pemkab Bintan juga memiliki aplikasi Sistem Layanan Pencari Kerja (Silancar). Aplikasi ini menyediakan pelayanan kartu tanda pencari kerja atau AK1, yakni kartu kuning yang dipakai untuk pelayanan informasi lowongan kerja dan penempatan tenaga kerja, serta pendataan pencari kerja dan tenaga kerja.
“Melalui berbagai program tersebut, Pemkab Bintan berhasilkan menurunkan tingkat pengangguran terbuka secara drastis, dari 8,62 persen menjadi 6,91 persen pada 2022. Kabupaten Bintan menjadi satu-satunya daerah di Provinsi Riau yang berhasil menurunkan angka pengangguran dengan marjin yang besar,” tuturnya.
Tak hanya itu, untuk urusan sumber daya manusia (SDM), Pemkab Bintan juga memiliki program jaminan sosial hingga seumur hidup untuk warga Bintan.
Untuk ibu hamil dan bersalin, misalnya, Pemkab Bintan memiliki program “Ibu Hamil dan Bersalin dengan Cinta”. Program ini merupakan pelayanan kesehatan untuk mengecek kondisi ibu hamil secara door to door. Selanjutnya, ibu yang akan melahirkan akan dijemput dari rumah menggunakan ambulans.
Baca juga: Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Masyarakat Bintan Tanam Mangrove
Program lainnya, yakni untuk keluarga yang memiliki anak usia sekolah. Pemkab Bintan memiliki program kesehatan dan sekolah gratis. Pemkab juga menyediakan seragam sekolah untuk siswa baru tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI), serta sekolah menengah pertama (SMP) atau madrasah tsanawiyah (MTS).
“Pemkab Bintan juga menganggarkan bantuan transportasi laut dan darat secara gratis. Dengan demikian, anak-anak dapat memanfaatkan bus dan kapal untuk transportasi (mereka) menuju sekolah,” ujarnya.