Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Kapuhunan? Kepercayaan Masyarakat Kalimantan yang Harus Dituruti Agar Tidak Kena Celaka

Kompas.com - 18/01/2023, 23:18 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Ketika berkunjung ke daerah kalimantan, para pendatang biasanya dinasihati untuk menjaga perilaku agar tidak kepuhunan.

Adapun kepercayaan tentang kepuhunan memang masih melekat dan diwariskan sejak zaman nenek moyang.

Baca juga: Kisah di Balik Mitos Kunto Bimo, Arca Pembawa Keberuntungan di Candi Borobudur

Cerita tentang kepuhunan juga sampai saat ini masih menyebar dari mulut ke mulut dari orang yang pernah mengalaminya.

Biasanya kepuhunan akan dikaitkan dengan sikap kita saat diberi atau ditawari minuman oleh penduduk setempat.

Baca juga: Gunung Semeru: Lokasi, Sejarah Letusan, Mitos, dan Jalur Pendakian

Apa Itu Kepuhunan?

Dilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kapuhunan atau kapohonan merupakan kepercayaan masyarakat akan sebuah malapetaka yang akan terjadi jika kita melihat orang lain makan atau minum, kemudian tidak ikut menyantapnya.

Hal ini dipercaya harus dilakukan terutama jika kita melihat orang makan dan pemilik makanan akan mengangkat wadah hidangannya sambil menawarkan untuk turut bersantap.

Baca juga: 6 Fakta Pantai Parangtritis, dari Keindahan, Mitos, hingga Menjadi Inspirasi Lagu

Dalam hal ini yang dimaksud disini adalah merasai makanan yang dimakan orang yang kita lihat, atau sekedar menyentuhkan jari ke makanan tersebut kemudian menyentuhkan jari tersebut ke leher.

Dalam bahasa setempat juga dikenal dengan istilah tapen yaitu jika kita mempunyai niat dalam hati untuk makan atau minum sesuatu tetapi tidak dilaksanakan.

Oleh karena itu, maksud dari tradisi ini adalah agar keinginan yang kita simpan harus segera dilaksanakan.

Sementara dilansir dari banjarmasin.tribunnews.com, kapuhunan akan terjadi jika kita menginginkan suatu makanan atau minuman tapi tak terpenuhi, atau ketika kita ditawari makanan atau minuman oleh orang lain, namun tidak diindahkan.

Menurut penuturan Yuliyana, warga Landasan Ulin, Banjarbaru, jika masih kenyang maka sebaiknya kita bajapai (menyentuh) makanan tersebut atau cicipi sedikit saja untuk menghindari kapuhunan.

Adapun menurut warga lain yang bernam Siti Maryam yang paham dengan kebiasaan di masyarakat setempat, menyatakan bahwa kapuhunan memang biasanya identik karena rasa yang tak terpenuhi, menunda, atau mengabaikan tawaran makanan atau minuman.

Serupa dengan penuturan Yuliyana, menurut Siti, jika kita tidak sedang berselera maka mencicipi barang sedikit atau bejapai.

Lantas apabila terlanjur dan terjadi kapuhunan, seperti tertimpa musibah kecil, maka dianjurkan untuk segerakan makan atau minum yang sesuai dikehendaki sebelumnya.

Sumber:
warisanbudaya.kemdikbud.go.id  
banjarmasin.tribunnews.com 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati dari Jalur Perseorangan Serahkan Syarat Dokumen ke KPU Manggarai Timur NTT

Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati dari Jalur Perseorangan Serahkan Syarat Dokumen ke KPU Manggarai Timur NTT

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Senin 13 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Senin 13 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Sosok Anggota KKB Pembunuh Danramil Aradide, Sering Diberi Sembako oleh Korban

Sosok Anggota KKB Pembunuh Danramil Aradide, Sering Diberi Sembako oleh Korban

Regional
Tak Ada Cagub yang Maju lewat Jalur Perseorangan di Babel

Tak Ada Cagub yang Maju lewat Jalur Perseorangan di Babel

Regional
Dugaan Korupsi Dana Hibah Yayasan Mujahidin Pontianak, Pj Bupati Kubu Raya Diperiksa Jaksa

Dugaan Korupsi Dana Hibah Yayasan Mujahidin Pontianak, Pj Bupati Kubu Raya Diperiksa Jaksa

Regional
Korban Banjir Bandang Agam Bertambah Jadi 20 Orang

Korban Banjir Bandang Agam Bertambah Jadi 20 Orang

Regional
KPU Sikka Terima Pendaftaran dari 2 Pasangan Bakal Calon Independen

KPU Sikka Terima Pendaftaran dari 2 Pasangan Bakal Calon Independen

Regional
Banjir Bandang Agam, Masa Tanggap Darurat Ditetapkan 15 Hari

Banjir Bandang Agam, Masa Tanggap Darurat Ditetapkan 15 Hari

Regional
Tangkap Ikan di Perbatasan RI-Australia Tanpa Dokumen, 13 Warga Ditangkap

Tangkap Ikan di Perbatasan RI-Australia Tanpa Dokumen, 13 Warga Ditangkap

Regional
Serahkan Formulir Pendaftaran Bacabup, Mantan Wabup Banyumas Berharap Dapat Rekomendasi PDI-P

Serahkan Formulir Pendaftaran Bacabup, Mantan Wabup Banyumas Berharap Dapat Rekomendasi PDI-P

Regional
Caleg Terpilih DPRD Dompu Dilaporkan atas Dugaan Ijazah Palsu

Caleg Terpilih DPRD Dompu Dilaporkan atas Dugaan Ijazah Palsu

Regional
Penumpang Kapal Feri Ceburkan Diri ke Laut, Diduga Depresi 

Penumpang Kapal Feri Ceburkan Diri ke Laut, Diduga Depresi 

Regional
Dilepas Ribuan Orang, Masa Jabatan Wali Kota Padang Berakhir Hari Ini

Dilepas Ribuan Orang, Masa Jabatan Wali Kota Padang Berakhir Hari Ini

Regional
Bayi Berusia 5 Hari Dibunuh dan Jasadnya Dibuang ke Kebun Sawit di Kampar, Riau

Bayi Berusia 5 Hari Dibunuh dan Jasadnya Dibuang ke Kebun Sawit di Kampar, Riau

Regional
2 Pasangan Calon Independen Mendaftar untuk Pilkada Lhokseumawe

2 Pasangan Calon Independen Mendaftar untuk Pilkada Lhokseumawe

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com