GROBOGAN, KOMPAS.com - Hujan deras mengguyur saat acara tahlilan digelar di rumah orangtua TNU (14) di Desa Pelem, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Senin (16/1/2023) malam selepas Isya.
TNU siswa kelas 2 Madrasah Tsanawiyah (MTs) itu diketahui tewas usai berkelahi dengan temannya MQH (13) di depan kamar santri lantai dua Ponpes Al Hamidah Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Grobogan, pada Minggu (15/1/0/2023) pagi sekitar pukul 08.00 WIB.
Duka mendalam masih kental terasa menyelimuti suasana hati keluarga sederhana ini.
Baca juga: Kronologi Tewasnya Santri di Grobogan, Gara-gara Ulah Jahil Usapkan Bau Ketiak ke Hidung
Sarman (42), bapak korban sesekali terlihat tak kuasa menahan tangis saat melantunkan doa untuk putra keduanya itu.
Sementara suara tangis sang Ibu, Lasmi (38) masih jelas terdengar. Ia begitu syok dan masih menutup diri di kamarnya.
Malam itu puluhan warga berikut perwakilan Ponpes Al Hamidah yang hadir di rumah kecil berkonstruksi kayu papan itu juga turut berbelasungkawa.
Sebagian duduk di kursi-kursi plastik yang dipersiapkan di luar pintu rumah duka hingga emperan rumah tetangga lantaran sempitnya ruang.
Baca juga: Santri di Grobogan Tewas Dihajar Temannya, Awalnya Saling Bercanda
Paman korban Kadi (42) menuturkan berpulangnya Umron, sapaan karib TNU, merupakan pukulan berat bagi keluarga.
Semasa hidup, Umron dikenal sebagai sosok yang berkepribadian baik dan religius.
Umron sadar diri hidup dalam lingkungan keluarga yang serba terbatas. Orangtuanya pekerja serabutan yang kadangkala ada peluang dan sewaktu-waktu menganggur.
Umron pun tak pernah mengeluh meski tak berbekal barang berharga selazimnya anak bergelimang harta. Hanya peci dan sarung yang melekat di tubuhnya.
"Umron anak yang santun dan nurut sama orang tua termasuk kepada saya Pakdhenya. Ibadah ngajinya rajin. Sejak kecil nggak pernah neko-neko minta ini itu. Dia paham ekonomi bapak ibunya," tutur Kadi, buruh tani ini saat ditemui Kompas.com, Senin malam.
Begitu beradabnya Umron, Kadi pun sampai tak kuasa menahan air matanya mengenang tabiat keponakannya itu.
Setiap pulang rumah, Umron selalu memanjakan Pamannya dengan perhatian-perhatian tipis.
"Kalau Umron pulang, saya selalu dibuatkan kopi dan tak lupa menyalami dengan mencium tangan. Biasanya saya selalu tegar, tapi tidak dengan Umron," tangis Kadi.