Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Desa Watuwey Maluku Barat Daya Terdampak Gempa M 7,5 Maluku Masih Mengungsi di Hutan

Kompas.com - 11/01/2023, 13:34 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Krisiandi

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Ratusan warga Desa Watuwey, kecamatan Dawera Dawelor, kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, yang menjadi korban terdampak gempa berkekuatan magnitudo 7,5, hingga kini masih memilih bertahan di kawasan pegunungan di desa tersebut, Rabu (11/1/2023).

Ratusan warga itu terpaksa memilih mengungungsi ke lokasi aman setelah rumah-rumah mereka hancur diguncang gempa yang terjadi pada Selasa (10/1/2023) kemarin.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Barat Daya James Likko yang dihubungi Kompas.com mengakui ratusan warga ddi desa itu masih mengungsi ke wilayah pegunungan di desa tersebut selain karena rumah-rumahnya rusak, juga karena mereka masih trauma dengan gempa yang terjadi.

“Saya dapat laporan dari kepala desanya tadi bahwa sampai saat ini masih ada sekitar 400 warga yang masih mengungsi di pegunungan,” kata James via telepon seluler, Rabu.

Baca juga: Fenomena Munculnya Pulau Baru di Tanimbar Usai Gempa M 7,5 Maluku, Warga Cemas, Ahli Berikan Penjelasan

Desa Watuwey merupakan salah satu desa di kecamatan Dawera Dawelor yang paling parah terdampak gempa besar tersebut.

Ada puluhan rumah warga yang rusak parah hingga ambruk saat gempa tersebut terjadi.

Menurut James setelah Badan Meteorologi Klimatologi dan Goefisika (BMKG) menghentikan status peringatan dini tsunami di wilayah tersebut, pihaknya telah mengimbau warga desa tersebut agar kembali lagi ke kampungnya.

BPBD, kata James, juga telah melayangkan surat edaran agar warga dapat segera kembali. Namun hingga kini masih ada banyak warga desa itu yang tetap bertahan di kawasan pegunungan Erola yang ada di desa tersebut.

“Setelah BMKG hentikan status waspada tsunami itu kita langsung imbau mereka untuk segera kembali, kita juga sudah bikin surat edaran tapi memang mereka masih di sana, mungkin masih trauma dengan gempa kemarin,” ungkapnya.

Baca juga: Gempa M 7,5 di Tanimbar, PLN Pastikan Pemulihan Kelistrikan Dipercepat

Dari informasi yang dihimpun Kompas.com ratusan warga desa tersebut mengungsi ke pegunungan itu tanpa perlengkapan dan bahan makanan yang cukup. Mereka hanya tidur beralaskan terpal tanpa ada tenda.

“Kondisi mereka di sana sangat memprihatinkan sekali,” kata Stevano salah seorang warga Maluku Barat Daya kepada Kompas.com.

Selain warga desa Watuwey, seluruh warga desa Teineman, kecamatan Wuar Labobar, kabupaten Kepulauan Tanimbar yang juga merupakan korban gempa di wilayah itu hingga kini masih memilih bertahan di hutan.

Warga di desa ini memilih bertahan di hutan karena takut dengan munculnya tumpukan lumpur berbentuk pulau usai gempa di pantai desa tersebut.

Gempa magnitudo 7,5 mengguncang Maluku, Selasa (10/1/2023) dini hari.

Baca juga: Kronologi Anggota TNI Tewas Tertimpa Puing Bangunan di Lokasi Gempa Cianjur

BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami, namun beberapa saat kemudian peringatan tersebut diakhiri.

Gempa berpusat di laut Banda pada titik kordinat 7,37 Lintang Selatan dan 130,23 Bujur Timur atau berjarak 136 kilometer arah barat laut Maluku Tenggara Barat pada kedalaman 130 kilometer di bawah permukaan laut.

Adapun gempa tersebut sangat kuat dirasakan oleh warga tidak hanya di Kepulauan Tanimbar namun juga di sejumlah daerah lainnya di Maluku, NTT, hingga Papua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Regional
Banjir Rob Demak, Kerugian Petambak Ikan Capai 14 Miliar Setahun Terakhir

Banjir Rob Demak, Kerugian Petambak Ikan Capai 14 Miliar Setahun Terakhir

Regional
Sebelum Meninggal, Haerul Amri Keluhkan Mata Perih dan Kebas

Sebelum Meninggal, Haerul Amri Keluhkan Mata Perih dan Kebas

Regional
Bukan Fenomena 'Heat Wave', BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Bukan Fenomena "Heat Wave", BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Regional
301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

Regional
Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Regional
Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Regional
3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

Regional
Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Regional
Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Regional
Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Regional
Konten Judi 'Online' dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Konten Judi "Online" dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Regional
Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Regional
Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com