Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyala Asa Petani Garam Kusamba yang Hampir Punah

Kompas.com - 25/12/2022, 05:58 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BALI, KOMPAS.com - Matahari di pesisir Pantai Kusamba mulai meninggi, debur ombak sahut-menyahut silih berganti. Sementara dari kejauhan, beberapa petani dengan topi jerami berjalan tergopoh memikul bejana berisi air laut.

Panasnya matahari tanpa perantara membakar kulit-kulit keriput mereka, sesekali tangan kanannya mengusap keringat yang membanjiri wajahnya.

Para petani garam Kusamba tak peduli matahari sudah di tengah ubun-ubun.

Baca juga: Sambil Menangis, Dedi Mulyadi Peluk Ibu Pencari Kayu Bakar yang Hanya Makan Nasi dengan Garam

Atas nama kebutuhan ekonomi dan demi umur yang lebih panjang, para petani garam rela membakar diri untuk memanen butiran-butiran garam dari laut.

Masyarakat Desa Kusamba belum mengetahui sejak kapan waktu pasti aktivitas pertanian garam di pesisir pantai wilayah mereka.

Namun, mereka meyakini masyarakat Desa Kusamba sudah mulai memanfaatkan air laut untuk dijadikan garam sebagai bumbu olahan dapur sejak Kerajaan Klungkung ada.

Jika menelusur jejak sejarah, Kerajaan Klungkung sudah eksis sejak abad ke-17. Sementara kehidupan masyarakat garam disebut-sebut sudah berlangsung sejak Kerajaan Klungkung masih berkuasa di sebelah tenggara Pulau Bali.

"Sejak saya kecil, orangtua saya sudah menjadi petani garam. Mereka membesarkan saya dengan biaya hasil pertanian garam. Jadi ini memang sudah turun temurun dari beberapa generasi sebelumnya," ungkap Ketua Kelompok Petani Garam Sarining Segara, I Wayan Rena (70) saat ditemui di tambak garam di pesisir Pantai Kusamba, Selasa (20/12/2022).

Diracik dengan Resep Nenek Moyang

Foto: Aktivitas kelompok petani garam Kusamba di Bali yang kini terancam punah, Selasa (20/12/2022).KOMPAS.com/BAGUS PUJI PANUNTUN Foto: Aktivitas kelompok petani garam Kusamba di Bali yang kini terancam punah, Selasa (20/12/2022).

Petani garam di pesisir pantai Kusamba ini memiliki teknik pengolahan sendiri untuk mengolah air laut menjadi kristal garam.

Mereka memiliki cara tradisional yang diajarkan turun-temurun dari kakek-nenek mereka sehingga tercipta kualitas garam yang diakui mancanegara.

"Mula-mula kita ratakan dulu pasir pantai. Kemudian kita bawa air laut dan disiramkan ke pasir yang sudah diratakan," kata I Wayan Rena menjelaskan.

Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Kepala Sekolah di Pemalang Setor Rp 340 Juta ke Bupati | Pabrik Rokok Gudang Garam Terbakar

Proses penyiraman air laut ke pasir pantai itu diulang sebanyak 3 hingga 4 kali. Setelah itu menunggu hingga pasir kering dengan prakiraan waktu kurang lebih 4 jam jika panas matahari mendukung.

Di tengah hamparan pasir pantai Kusamba, para petani garam ini membangun bilik-bilik kecil yang berisi beberapa bak untuk proses penyaringan air laut menjadi air garam.

Pasir yang sudah disiram air laut tadi kemudian diangkut dan dimasukkan ke dalam sebuah bak besar yang terbuat dari kayu. Mereka menyebut bak penyaringan itu bernama belong bias.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

50 Caleg Terpilih di Kabupaten Semarang Ditetapkan, Ini Rinciannya

50 Caleg Terpilih di Kabupaten Semarang Ditetapkan, Ini Rinciannya

Regional
Wakil Bupati Sumbawa Daftar Penjaringan Cabub di Partai Nasdem

Wakil Bupati Sumbawa Daftar Penjaringan Cabub di Partai Nasdem

Regional
Respons NasDem soal Kantornya di Labuhanbatu Disita KPK

Respons NasDem soal Kantornya di Labuhanbatu Disita KPK

Regional
Kasus Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Pos Ronda

Kasus Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Pos Ronda

Regional
Anies Minta Grup Jangan Bubar, Perjuangan Belum Selesai

Anies Minta Grup Jangan Bubar, Perjuangan Belum Selesai

Regional
Sepekan Pantura Sayung Banjir Rob dan Jalan Demak-Kudus Tersendat, Sopir Truk: Lelah, Boros Solar

Sepekan Pantura Sayung Banjir Rob dan Jalan Demak-Kudus Tersendat, Sopir Truk: Lelah, Boros Solar

Regional
Simpan Narkoba di Rumah Dinas, Oknum Camat Ditangkap Polisi

Simpan Narkoba di Rumah Dinas, Oknum Camat Ditangkap Polisi

Regional
Semarang Night Carnival, Lalu Lintas di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran Dialihkan

Semarang Night Carnival, Lalu Lintas di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran Dialihkan

Regional
PDI-P Solo Minta Cawalkot yang Diusung Bertanggung Jawab Sejahterakan Masyarakat dan Tak Pindah Parpol Lain

PDI-P Solo Minta Cawalkot yang Diusung Bertanggung Jawab Sejahterakan Masyarakat dan Tak Pindah Parpol Lain

Regional
Terima Penghargaan dari Pemprov Jateng, Kota Semarang Jadi yang Terbaik dalam Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka

Terima Penghargaan dari Pemprov Jateng, Kota Semarang Jadi yang Terbaik dalam Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka

Regional
APBD Kalteng Meningkat 2 Kali Lipat dalam 8 Tahun, Capai Rp 8,79 Triliun pada 2024

APBD Kalteng Meningkat 2 Kali Lipat dalam 8 Tahun, Capai Rp 8,79 Triliun pada 2024

Regional
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Regional
Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Regional
Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Regional
Diprotes, Unsoed Keluarkan Aturan Baru soal UKT, Diklaim Terjangkau

Diprotes, Unsoed Keluarkan Aturan Baru soal UKT, Diklaim Terjangkau

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com