PEMALANG, KOMPAS.com - Nanas madu yang selama ini menjadi ikon Kabupaten Pemalang mulai terancam eksistensinya.
Terbaru, beberapa lahan nanas madu di Kecamatan Pulosari, Belik dan sekitarnya terpaksa dimusnahkan oleh pemiliknya karena dinilai sudah tak lagi menguntungkan.
Meski belum mendapatkan angka pasti berapa luas lahan nanas madu yang dimusnahkan. Namun dari pantauan di lapangan Selasa (13/9/2022), pemberangusan lahan tanaman nanas madu dapat dijumpai di Desa Gombong (Pertigaan Pilar) serta beberapa titik di lingkungan RT 36, 38, 40 Desa Pulosari dan sejumlah wilayah tempat lainnya.
Baca juga: Cara Menanam Nanas Madu hingga Panen
Sairin, pemilik lahan nanas madu asal Dusun Tumbu, Desa Pulosari, Pemalang menyatakan, terpaksa memusnahkan ribuan tanaman nanas miliknya karena ingin mengganti dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan.
Menurutnya, biaya operasional budidaya nanas sangat tinggi, sedangkan hasil penjualan tidak sebanding dengan operasional.
"Secara kalkulasi antara pendapatan dengan pengeluaran tidak sebanding, salah-salah saya bisa nombok," terang Sairin.
Selain Sairin, Trisno warga Randudongkal mengungkapkan hal yang sama. Ia pernah mencoba peruntungan dengan menanam ribuan pohon Nanas Madu di daerah Desa Majakerta, Kecamatan Watukumpul.
"Saya tanam sekitar 8.000 dengan perhitungan 2 kali panen dalam setahun. Biaya operasionalnya memang tidak nutup. Dalam kurun waktu itu kita wajib 'matun', 'garem', 'netes' dan lainnya. Dari total tanaman itu hanya 60 persen yang berbuah, itu saya tebaskan hanya Rp 2 juta," katanya.
Trisno berasumsi ada selisih yang tinggi antara harga nanas di petani dengan harga pasar. Menurutnya, jika di tingkat konsumen harga satu buah nanas madu mencapai Rp 5.000-10.000 per buah tergantung kualitas namun harga petani jauh dari itu. Ia menduga peran tengkulak berpengaruh terhadap ketimpangan harga itu.
Baca juga: Simak, Ini Cara Menanam Nanas di Pekarangan Rumah
Terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dispertan Pemalang Imam Mukarto mengatakan, belum mendapatkan laporan dari petani nanas terkait pemberangusan sebagian kebun nanas madu di wilayah selatan Pemalang.
"Belum ada laporan terkait itu, namun kita akan melakukan pengecekan ke lokasi secepatnya,"ujarnya.
Imam membenarkan jika biaya budidaya nanas madu membutuhkan biaya besar. Kepada Kompas.com ia menyampaikan perhitungan hasil panen petani nanas madu per hektarnya.
"Memang nanas madu ini permasalahannya bukan di produksinya, melainkan harga jual yang saat ini belum ada standarisasi. Kalau melihat kondisi riil di tingkat petani harga nanas dengan kualitas terbaik atau grade C itu Rp 2.500 per buah, dan kalau di bawahnya bisa Rp 1.000 per buah."
Baca juga: Apa Itu Nanas Merah Muda dan Manfaatnya bagi Tubuh?
"Jika petani punya lahan 1 hektare dengan perhitungan kami 30.000 tanaman dengan asumsi per batang berbuah semua maka sekali panen petani hanya Rp 30 juta jika kita ambil harga terendah Rp 1.000. Dibandingkan dengan biaya produksi dan perawatan memang sangat minim keuntungannya, kita akui itu," tambahnya.
Menyadari hal ini, kata Imam, Dispertan telah membuat terobosan-terobosan. Salah satunya dengan mengajukan sertifikasi Indkasi Geografis (IG) tanaman nanas madu ke Kemenkumham.
"IG ini dibutuhkan sebagai upaya untuk pemasaran ke luar daerah bahkan untuk pasar ekspor, ini semacam sertifikasi. Kalau hanya mengandalkan pasar lokal kami rasa harga akan tetap rendah. Terobosan lain juga kita kembangkan nanas dalam berbagai produk olahan dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi,"tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.