Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Kepmen PUPR soal Batas Sempadan Rawa Pening, Warga Gelar Doa Bersama

Kompas.com - 05/09/2022, 09:55 WIB
Dian Ade Permana,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Warga di area Rawa Pening mengadakan doa bersama di Lapangan Dusun Kelurahan Desa Tuntanga Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Minggu (4/9/2022).

Dalam acara tersebut, mereka membawa aneka spanduk yang berisi penolakan terhadap Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No 365 Tahun 2020 tentang Batas Sempadan Rawa Pening.

Batas sempadan tersebut ditandai dengan pemasangan patok-patok berwarna kuning hingga ke permukiman warga.

Baca juga: Resah dengan Revitalisasi, Warga Rawa Pening Upacara di Tugu Batas Sempadan

Bendahara Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB) Ismail Saleh mengatakan terbitnya Kepmen No 365 tersebut menganggu kenyamanan petani dan masyarakat.

"Ini karena kami tidak lagi bisa menanam padi, karena patok digeser kurang lebih satu kilo dari batas rawa," jelasnya.

Dengan batas patok tersebut, lahan masyarakat terkena imbasnya. "Sebelumnya batas tanah negara dan masyarakat jelas. Sekarang ini karena patok kuning sepadan naik ke daratan, maka menerjang lahan pertanian dan permukiman warga," kata Ismail.

Dia mengaku FPRPB telah mengajukan keberatan dan protes ke semua instansi berwenang, namun tidak ada tanggapan.

"Ini sudah dua tahun lebih, kita juga bersurat ke Presiden. Karena dampaknya dirasakan masyarakat di area rawa, mulai dari Desa Lopait, Tuntang, Asinan, Bejalen dan lainnya," paparnya.

Warga meminta agar batas elevasi air juga dikembalikan seperti semula. "Ini agar petani bisa kembali menanam padi. Sekitar 1.000 hektare lahan tak bisa ditanami karena terendam, kalau satu hektare itu hasilnya bisa Rp 40 juta, jadi sekitar Rp 40 miliar tiap panen. Itu kerugiannya," kata Ismail.

Selain itu, kata Ismail, karena kondisi ekonomi yang terpuruk, banyak petani yang tak mampu membersihkan lahannya. Ini karena ada timbunan eceng gondok yang sangat banyak dan rimbun. "Kalau mengembalikan seperti semula, biaya sangat besar sehingga banyak yang tidak mampu," ungkapnya.

Dia menegaskan bahwa doa bersama ini bertujuan agar para pengambil kebijakan mendengarkan suara masyarakat.

"Kami beraksi sesuai ketentuan, sekarang kami semua berdoa agar pemerintah mendengarkan suara rakyatnya. Kami berjuang agar Kepmen yang merugikan tersebut dibatalkan dan kerugian petani diganti," tegas Ismail.

Baca juga: Daringan Kesongo Kultur di Tepi Rawa Pening, Kulineran dengan Panorama Indah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Regional
Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Regional
Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Regional
Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Regional
Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Regional
Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Kilas Daerah
Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Regional
LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

Regional
3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

Regional
Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Regional
PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Regional
Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Regional
Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com