LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com – 1.276 dari 21.618 anak balita di Kota Lhokseumaw, Provinsi Aceh mengalami stunting atau gagal tumbuh karena kondisi kurang gizi kronis.
Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe mengatakan, pemicu stunting itu disebabkan kurang asupan gizi, kesehatan lingkungan, dan faktor keturunan atau genetik.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Asnawi menyebutkan, pandemi Covid-19 juga punya peran dalam masalah ini.
Pasalnya, pandemi membuat banyak masyarakat Kota Lhokseumawe kekurangan pendapatan sehingga tak mampu memenuhi kebutuhan gizi anak.
Baca juga: Ketemu Para Bidan, Gubernur NTT Minta Angka Stunting Ditekan hingga Nol Persen
“Data ini dari survei yang kita lakukan 2021. Survei ini sejalan dengan Perpres 2021 untuk percepatan penanganan stunting di Indonesia," sebut Asnawi.
Dia menyebutkan, hasil survei itu mendorong dinas membuat program peningkatan gizi anak di Lhokseumawe. Salah satunya dengan memaksimalkan peran Pos pelayanan terpadu (Posyandu) di Lhokseumawe.
Di sisi lain, bayi yang baru lahir juga dilakukan pendataan dan pendampingan untuk memenuhi asupan gizi.
Dia menyebutkan, koordinasi lintas sektor juga diperlukan untuk mengatasi stunting di Lhokseumawe.
“Misalnya, dana desa diprogramkan untuk penambahan gizi anak di desa masing-masing. Ini kan berada di kewenangan pemerintah desa. Maka, kita perlu koordinasi lanjutan,” terangnya.
Baca juga: Waspadai Stunting pada Anak, Dokter Ingatkan untuk Penuhi Nutrisi Hariannya
Asnawi optimis, sinergi lintas sektor bisa menurunkan angka stunting tahun ini.
“Kita upayakan agar turun angka stunting itu secepatnya,” pungkas Asnawi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.