PURWOREJO, KOMPAS.com - Menjelang hari raya Idul Adha biasanya menjadi waktu yang tepat bagi para peternak untuk menjual hewan ternak mereka.
Selain permintaan yang tinggi, mendekati hari raya kurban, harga hewan ternak seperti sapi dan kambing pun biasanya ikut melonjak.
Namun kondisi jelang Idul Adha tahun ini berbeda bagi sejumlah peternak seiring merebaknya wabah penyakit kuku dan mulut (PMK).
Baca juga: Mentan Syahrul Yasin Limpo Memulai Vaksinasi PMK Perdana untuk Sapi di Sukoharjo
Kesulitan dalam menjual ternak dialami Eko Prasetyawan, salah satu peternak di Desa Giyombong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Dia hanya bisa gigit jari lantaran belasan hewan ternak miliknya yang berupa kambing belum laku terjual.
Meski Kabupaten Purworejo menjadi salah satu wilayah tanpa kasus PMK, namun peternak juga terdampak dari segi penjualan dan distribusi.
Baca juga: Ruangan di Kompleks Kantor Bupati Purworejo Terbakar, Pegawai Sempat Berhamburan Kelura Gedung
Desa Giyombong, tempat Eko tinggal, merupakan salah satu dari 18 desa yang ada di Kecamatan Bruno. Desa tersebut memiliki akses jalan yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat.
Desa itu terletak di kawasan pegunungan sehingga sebagian besar warganya berprofesi sebagai peternak kambing dan sapi karena pasokan makanan di daerah tersebut sangat melimpah.
Eko menjelaskan, biasanya dirinya menjual ternak menjelang hari raya Idul Adha kepada pengepul dari luar daerah yakni Kabupaten Wonosobo.
Namun, saat kasus PMK semakin mengganas, para pengepul enggan membeli ternak milik Eko dan warga desa yang lainnya.
Baca juga: Pemkab Sukoharjo Minta Bantuan Vaksin PMK ke Kementan untuk 35.000 Ternak