Salin Artikel

Nestapa Eko, Peternak di Purworejo, Kambing Tak Laku karena Wabah PMK

Selain permintaan yang tinggi, mendekati hari raya kurban, harga hewan ternak seperti sapi dan kambing pun biasanya ikut melonjak.

Namun kondisi jelang Idul Adha tahun ini berbeda bagi sejumlah peternak seiring merebaknya wabah penyakit kuku dan mulut (PMK).

Kesulitan dalam menjual ternak dialami Eko Prasetyawan, salah satu peternak di Desa Giyombong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Dia hanya bisa gigit jari lantaran belasan hewan ternak miliknya yang berupa kambing belum laku terjual.

Meski Kabupaten Purworejo menjadi salah satu wilayah tanpa kasus PMK, namun peternak juga terdampak dari segi penjualan dan distribusi.

Desa Giyombong, tempat Eko tinggal, merupakan salah satu dari 18 desa yang ada di Kecamatan Bruno. Desa tersebut memiliki akses jalan yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat.

Desa itu terletak di kawasan pegunungan sehingga sebagian besar warganya berprofesi sebagai peternak kambing dan sapi karena pasokan makanan di daerah tersebut sangat melimpah.

Eko menjelaskan, biasanya dirinya menjual ternak menjelang hari raya Idul Adha kepada pengepul dari luar daerah yakni Kabupaten Wonosobo.

Namun, saat kasus PMK semakin mengganas, para pengepul enggan membeli ternak milik Eko dan warga desa yang lainnya.


”Tidak mau beli, soalnya setahu saya para pengepul menjual lagi ke luar daerah, lha di beberapa daerah pasar hewan kan ditutup, meskipun buka juga harus ada sertifikat sehatnya kan jadi sulit," kata Eko, Sabtu (18/6/2022) sore.

Di kandang miliknya yang terbuat dari bambu berukuran 10 x 6 meter dan 8x4 meter, Eko saat ini memelihara kurang lebih 16 ekor kambing Jawa yang sebagian sudah siap jual.

Namun, kambing-kambingnya belum ada yang terjual.

Hal itu membuat Eko dan keluarganya harus bekerja lebih keras lagi untuk memberi makan belasan ternaknya, sembari menunggu pemerintah menyelesaikan kasus PMK.

Setiap pagi, Eko harus mengumpulkan lima sampai enam karung rumput untuk pakan ternak miliknya.

Dia berangkat ke hutan pukul sekitar pukul 07.30 WIB. Eko dapat mengumpulkan hingga 3 karung rumput hingga menjelang Dzuhur.

Pekerjaan mencari rumput juga diteruskan sang ayah dari habis Dzuhur hingga sore hari hingga terkumpul lima sampai enam karung rumput.

”Ya kadang gantian, kalo pagi itu bapak, kalau sore saya," ucap Eko sambil memberi pakan ternaknya.

Ternak yang dia harapkan dapat terjual kepada pengepul, belum ada satu pun yang terbeli.

Saat ini kambing Jawa miliknya sudah berumur 2 hingga 3 tahun dan beberapa anakan masih berumur di bawah 1 tahun.

Eko pun berupaya memasarkan hewan ternak miliknya melalui pesan WhatsApp.

"Biasanya satu ekor kalau jelang hari raya Idul Adha seperti ini bisa sampai Rp 2 juta untuk betina dan Rp 3 jutaan untuk kambing yang jantan," terangnya.

Kini Eko dan keluarganya hanya bisa berharap kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan kasus PMK.

Sebagai rakyat kecil, dia merasa tak bisa berbuat banyak selain menunggu langkah pemerintah dalam menangani kasus ini.

”Ya semoga ada jalan,” tutupnya pasrah.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/19/050000678/nestapa-eko-peternak-di-purworejo-kambing-tak-laku-karena-wabah-pmk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke