Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rawa Pening, dari Baru Klinthing, Revitalisasi, dan Perjuangan Petani

Kompas.com - 11/05/2022, 16:14 WIB
Dian Ade Permana,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Alkisah pada zaman dahulu, ada anak penuh luka berpakaian compang-camping yang berada di sebuah desa. Dengan kondisinya tersebut, dia sering dihina dan diusir karena warga desa merasa jijik.

Saat ada pesta, dia diusir oleh warga. Menghadapi orang-orang sombong teraebut, dia menancapkan lidi ke tanah dan membuat sayembara, bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mencabutnya.

Benar saja, hampir seluruh penduduk desa tidak ada yang berhasil menarik lidi tersebut. Anak itu kemudian mencabutnya dan dari bekas lidi keluar air sangat banyak, hingga menenggelamkan desa.

Baca juga: Pintu Air Tuntang Dibuka, Petani Rawa Pening Kembali Tanam Padi Setelah 3 Tahun Lahan Terendam

Hanya ada seorang janda tua yang selamat karena merawat sang anak berbadan penuh luka tersebut. Lakon dalam kisah ini dikenal dengan nama Baru Klinthing.

Saat ini, lokasi dalam cerita rakyat tersebut dikenal dengan nama Rawa Pening yang terletak di empat kecamatan, Bawen, Tuntang, Ambarawa, dan Banyubiru di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Dalam perkembangannya saat ini, Rawa Pening masuk dalam Danau Prioritas Nasional (DPN) karena kondisinya dianggap kritis. Sehingga dilakukan program revitalisasi untuk mengembalikan fungsi danau tersebut.

Kepala BBWS Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi mengatakan, Rawa Pening memiliki empat fungsi utama.

Yakni, irigasi wilayah Demak dan Grobogan seluas 20,76 ribu hektar, air baku untuk minum 750 liter per detik, pengairan PLTA Jelok dan Timo yang menghasilkan 25,5 megawatt, dan pengendalian banjir.

Namun, upaya revitalisasi tersebut bukannya tanpa masalah. Berdasarkan Kemen PUPR No 365 Tahun 2020 yang mengacu Peraturan Menteri PUPR No 28 Tahun 2015, penetapan garis sempadan 50 meter dari elevasi banjir tertinggi yang pernah terjadi ke arah daratan.

Baca juga: Legenda Asal-usul Rawa Pening dan Pesan Moral

"Namun sebelum tahun tersebut, sudah banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan di seputar Rawa Pening, sehingga saat direvitalisasi menjadi terdampak. Padahal tujuan utamanya adalah mengembalikan fungsi danau ini, termasuk mengamankan masyarakat dari banjir," kata Adek, Selasa (10/5/2022) di Rumah Makan Kampung Rawa Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah.

Saat ini, elevasi air di Rawa Pening mencapai 462,7 meter di atas permukaan laut (mdpl). Idealnya untuk bisa melakukan tanam, elevasinya 461,3 mdpl.

Akibatnya, sejak program revitalisasi dimulai petani di sekitar Rawa Pening tak bisa menanam padi karena lahannya terendam.

Seorang nelayan menangkap ikan di Rawa Pening. Upaya revitalisasi  berdampak terhadap petani karena lahannya terendam air.KOMPAS.com/Dian Ade Permana Seorang nelayan menangkap ikan di Rawa Pening. Upaya revitalisasi berdampak terhadap petani karena lahannya terendam air.

Suwestiyono, Koordinator Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB) mengatakan akibat revitalisasi sekira 2.000 petani dengan luas lahan 500 hektare di 14 desa tak lagi bisa menanam padi.

"Penutupan pintu air Tuntang menjadikan lahan tergenang, otomatis lahan terendam dan tak bisa menanam. Kami kehilangan pekerjaan selama lebih dari dua tahun, untuk hidup ya harus berhutang," tegasnya.

FPRPB, lanjutnya, terus berjuang agar pintu air Tuntang dibuka. "Kami taat hukum dan mendukung pembangunan. Tapi seharusnya ada solusi terhadap masalah ini, apalagi saat pandemi Covid-19 ekonomi sangat berat dan kami tidak punya pemasukan," kata Suwestiyono.

Baca juga: Perahu Terbalik di Rawa Pening Semarang, Seorang Tewas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

Regional
Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Regional
Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Regional
Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com