DEMAK, KOMPAS.com - Ramadhan tinggal menghitung hari. Sebelum memasuki bulan penuh berkah bagi umat Islam, biasanya di beberapa daerah menyuguhkan gelaran ritual sesuai adat masing-masing.
Tak terkecuali di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Salah satu daerah yang pernah menjadi awal perkembangan Islam di Nusantara.
Ritual yang diselenggarakan pada malam nisfu Sya'ban ini bernama Umbul Dungo Apeman Rakyat.
Sebuah acara adat yang mengolaborasikan antara adat Jawa dengan tradisi Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan 1443 H.
Baca juga: Warga Wadas Gelar Tradisi Nyadran, Doakan Keselamatan Bumi dari Kerusakan
Umbul Dungo Apeman Rakyat digelar di Padepokan Saka Tunggal Bina Bangsa, Kampung Kenep Kelurahan Mangunjiwan Demak Jawa Tengah, Kamis (17/3/2022) malam.
Rangkaian acara dimulai dengan menyiapkan gunungan apem dan beberapa pernak-pernik khas tradisi Demak kuna.
Panitia juga menyiapkan tempat lapang untuk tempat berkumpul dan berdoa para peserta yang mengenakan pakaian adat yakni baju lurik atau beskap dengan pelengkap blangkon atau iket bagi laki-laki dan busana tradisional Jawa yakni kain batik dan kebaya bagi perempuan.
Ketua Umum Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Demak (Dekade) Nur Wahid mengatakan, tradisi Umbul Dungo Apeman Rakyat merupakan warisan kasultanan demak yang berkembang berabad abad lalu.
Baca juga: Ada Pemasangan Girder Jalan Tol, Jalur Pantura Semarang-Demak Dibuka-tutup
Setelah beberapa saat sepi tanpa gelaran adat yang melibatkan massa, maka Dekade berusaha mengawali ritual adat ini sebagai pelopor.
“Agar di tempat-tempat lain seperti di desa desa dan kampung kampung melestarikan warisan leluhur ini,” kata Nur Wahid.
Akulturasi budaya yang paling mencolok ada pada acara inti Umbul Dungo Apeman Rakyat, di mana nuansa Kejawen terlihat kental dengan iringan musik Gending Jawa, wangi gaharu yang menyeruak penciuman.