KOMPAS.com - Kabupaten Brebes adalah salah wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di jalur Pantura.
Ibukota kabupaten ini berada di Kota Brebes yang berjarak sekitar 194,8 kilometer sebelah barat Kota Semarang.
Baca juga: Orangtua Pelajar Korban Pembacokan di Brebes Minta Pelaku Dihukum Berat
Kabupaten Brebes memiliki luas 1 769,62 kilometer persegi dan terbagi dalam 17 kecamatan.
Adapun kabupaten Brebes berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap di sebelah selatan, Kabupaten Tegal dan Kota Tegal di sebelah timur, dan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan (Jabar) di sebelah barat.
Baca juga: Kronologi Pembacokan Pelajar SMP di Brebes, Bermula dari Korban Ikut Konvoi Sepeda Motor
Lokasinya yang terletak di jalur Pantura membuat Brebes menjadi salah satu wilayah yang ramai dilewati.
Di balik itu, Brebes juga menyimpan beberapa fakta menarik yang bisa Anda simak.
Baca juga: Sejarah Kabupaten Brebes, Daerah Pantura Perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat
Melansir laman resmi Kemdikbud, terdapat beberapa pendapat mengenai asal nama Brebes.
Pertama adalah karena kondisi geografisnya dimana wilayah ini selalu tergenang air atau berbentuk rawa-rawa sehingga merembes dan disebut Brebes.
Pendapat lain menyebut nama ini terkait masuknya ajaran Islam yang meski dihalangi tetap bisa merembes masuk yang dalam bahasa daerah disebut disebut "berbes", yang kemudian berubah menjadi Brebes.
Ada juga yang menyebut bahwa adanya Gunung dan Sungai Baribis di daerah ini menjadi penyebab kemunculan nama Brebes.
Setiap wisatawan yang datang ke daerah Brebes hampir selalu pulang dengan membawa telur asin.
Telur asin khas Brebes memang memiliki rasa yang enak dan terkenal bisa disimpan dalam waktu yang lama.
Olahan telur bebek yang diasinkan ini bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTb) Indonesia dalam sidang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada 6 sampai 9 Oktober 2020.
Dibalik rasanya yang enak, telur asin memiliki sejarah kelam dimana pernah dijadikan bekal makanan etnis Tionghoa yang melarikan diri saat masa transisi periode 1945- 1949, yang menyebabkan konflik politik di daerah tersebut.