Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Peserta yang Gagal Ikuti Tes Perades di Blora, Tidak Mau Ikut Permainan Uang

Kompas.com - 27/01/2022, 23:18 WIB
Aria Rusta Yuli Pradana,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Sejumlah masyarakat ikut menyuarakan aksi terkait pengisian perangkat desa di Kabupaten Blora.

Mereka yang gagal menjadi perangkat desa, mulai buka suara terkait adanya kejanggalan yang terjadi selama pelaksanaan pengisian lowongan tersebut.

Seorang peserta aksi, Budi mengaku sudah lama mengabdi di Desa Gagaan, Kecamatan Kunduran.

Baca juga: Bank Bengkulu Gelontorkan Pinjaman Rp 130 Miliar untuk Perangkat Desa, Ini Syaratnya

Namun, ia tidak bisa menjadi perangkat desa karena tidak mau mengikuti kemauan kepala desanya.

"Jadi beliau (kepala desa) sayang kalau saya ini harus gagal, tapi hati nurani saya tidak bisa mengikuti apa yang mereka skenario kan, jadi saya tidak mau ikut permainan uang," ucap Budi saat ditemui wartawan di depan Kantor Bupati Blora, Kamis (27/1/2022).

"Alhasil saya maju dengan bermodalkan pembobotan yaitu 57 yang di situ juga saya menjadi peringkat tertinggi di desa, tapi waktu tes CAT (Computer Assisted Test) saya dihancurleburkan dengan mendapatkan nilai paling rendah, yaitu 59," imbuh dia.

Budi mengaku awalnya tidak ambil pusing selama mengerjakan tes komputer di Semarang. Namun, ketika melihat hasilnya ia terkejut.

"Ada yang tidak pernah masuk dunia pemerintahan, tapi mendapatkan nilai 70 ke atas, sedangkan saya yang sudah 12 tahun itu masuk dunia pemerintahan hanya bisa mendapatkan nilai 59 dan itu saya yakin memang dimanipulasi," terang dia.

Budi yang sedari awal memang mengincar posisi sekretaris desa sudah diberitahu oleh kepala desa untuk mencari lowongan lainnya.

Baca juga: Ratusan Perangkat Desa di Seluma Unjuk Rasa di Depan Kantor Bupati, Minta Penyetaraan Gaji

"Yang menawari saya memang Pak Kepala Desa, jadi Juli sebelum tanggal pengisian perades, rundown untuk tes perangkat desa muncul saya sudah digandeng untuk diajak. Jadi dilakukan pembicaraan kalau mau jadi, memang harus stor dana, meskipun saya pengabdian full itu tidak menjamin," jelas dia sambil menunjukkan bukti rekaman percakapan dengan kepala desa.

Dia menambahkan pada saat pertemuan dengan kepala desa, ia diminta uang senilai Rp 100 juta untuk menempati posisi di pemerintah desa.

"Saya itu maharnya Rp 100 juta untuk posisi di luar sekdes. Karena yang saya tuju kan memang awalnya sekdes, tapi saya disingkirkan dari sekdes, tapi tetap masih menggunakan mahar 100 juta, isunya untuk sekdes sekitar 500 (juta) up (keatas), realnya saya tidak bisa menjelaskan," ujar dia.

"Akhirnya saya tetap ke sekdes, maju dengan berdasarkan pembobotan saya yang nilai paling tinggi di desa, dengan selisih 7 poin. Kalau disoalkan sekitar 17 soal, dan waktu tes CAT saya dihajar dengan selisih 25 soal, artinya kalau dikomulatif hanya selisih 2 angka. saya total 80,6 yang menang dapat 82," tandas dia.

Baca juga: Perangkat Desa di Malang Ditangkap Polisi akibat Kasus Narkoba

Sekadar diketahui, pengisian perangkat desa (perades) yang dikuti oleh sekitar 194 desa dengan jumlah lowongan perangkat sebanyak 857 jabatan sudah selesai dilaksanakan.

Antusiasme masyarakat untuk mengisi lowongan tersebut sangatlah banyak. Maka tak heran, mereka rela melakukan segala cara untuk dapat menempati lowongan itu.

Beragam dugaan bermunculan terkait adanya jual beli jabatan. Sehingga, usai pelaksanaan tes pengisian perades kali ini, banyak dari mereka yang berunjuk rasa karena merasa dicurangi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sumsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sumsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Regional
Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Regional
Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Regional
Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Regional
Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Regional
Kapal Logistik dari Malaysia Karam di Perairan Kepulauan Meranti

Kapal Logistik dari Malaysia Karam di Perairan Kepulauan Meranti

Regional
SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com